Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
KORANMANDALA.COM – Ada yang bilang Petisi kampus itu latah. Yang satu ngomong yang lain ikut ikutan, reang. Jadi sebuah orkresta.
Sebenarnya kalau mau ditanggapi lebih arif dan bijak petisi itu, ibarat bucat (pecah) bisul yang beriringan. Atau ibarat nyanyian anak balita “balonku ada lima”.
Tak hanya balon hijau yang bledag, tapi juga yang kuning, kelabu, merah muda dan biru. Dar, der, dor beriringan. Dan adik balita itu mewek ternehek mehek.
Pun demikian Petisi kampus. Setelah diawali Civitas Akademika UGM meletus dengan nama Petisi Bulaksumur (nama sohor kampus UGM), lalu meledak pula UII di kota yang sama, kota gudeg, Ngayogyakarta.
Lalu dari depok suara rampak dibacakan ketua Dewan Guru Besar UI Prof. Harkrusmurti Harkrusnowo. Lalu juga dari Unpad Bandung, Universitas Hasanudin Makasar dan Andalas Padang.
Liriknya sama, tentang keresahan publik atas terjadinya penyimpangan penyelenggaraan negara oleh para pejabat. Yang dirijennya presiden (Jokowi) sendiri. Ada ketidak netralan dalam politik menjelang pemilu (i.c.pilpres), ada penyalah gunaan wewenang (abuse of power), ada ketidak adilan (hukum, ekonomi dan sosial), ada korupsi, kolusi dan nepotisme.
Poko’e plit komplit, yang membuat publik, tak hanya bingung, tapi juga menderita dan sengsara. Mereka para civitas akademika itu ramai-ramai berseru, “kembalilah ke jalan yang benar, kepada koridor demokrasi dan HAM” wahai para penyelenggara negara. Mulai dari kepala negara sampai kepala desa.
DPR dan DPD diminta aktif mengawasi dan memastikan pemerintah berjalan sesuai koridor konstitusi dan hukum.
Tetapi sayang, ternyata balon itu tidak bulat seperti bola bliter tetapi lonjong seperti telor rebus. Sekretaris UGM Andi Sandi menyebut bahwa petisi itu tidak mewakili UGM secara resmi. Petisi yang dibacakan Guru besar Prof Kuncoro 31 Januari 23 itu, merupakan hasil diskusi sejumlah guru besar, tendik (tenaga pendidik) sejumlah mahasiswa dan alumni dalam mimbar kebebasan akademic.
Ibu rektor Ova Emilia saat itu tidak berada di Bulaksumur. Beliau, kata Andi, sedang menghadiri acara Kagama (Keluarga Alumni Gajah Mada) di Jakarta.