Begitupun pada tahun 2019 kembali mengajukan mantan “sultan” Solo itu berdampingan dengan Maruf Amin.
Untuk tahun 2024, politikus kawakan itu kembali mempertunjukan perhitingan matang dengan melepas ego sektoral. Ia menunjuk kader partai Ganjar Pranowo yang kemudian didampingi Mahfud MD. Padahal sebagai seorang ibu , Mega tentu ingin memberi jalan buat putrinya Puan Maharani.
Dibanding Gibran Rakabuming Raka (sulung Jokowi), Puan lebih mumpuni. Pengalaman politiknya sudah panjang. Mulai dari anggota Parlemen, Menko dan sekarang ketua DPR.
Sikap dan langkah demokratis Megawati itu seyogyanya menjadi suri teladan bagi Jokowi. Eh ini malah nekad mendukung putra mahkota yang kata orang masih bau kencur. Pengalaman politiknya baru “sauted“, yaitu 2 tahun jadi walikota. Gibran bisa lolos jadi cawapres berkat putusan MK yang diplintir ketua Anwar Usman yang tak lain adalah pamanda GRR.
Untuk sang putra cikal itulah Jokowi nekad meninggalkan kandang tanpa permisi. Maka kongsi Megawawati Jokowi itu pun secara defakto sudah berpisah tepi. Ibarat piring yang jatuh, pecah berkeping keping.
Dan banteng wadon itu ketaton, berang tiada kepalang.- ***