Selama bertugas di lapangan (sebelum diangkat menjadi editor) ada juga pejabat yang baik hati dan selalu bersikap manis. Sebut saja bupati Husen Wangsaatmaja (alm) dan bupati Hudli Bambang Aruman (juga alm).
Pak Husen itu kalau dikritik, selalu tetap tersenyum dan berkata; “Ah yey mah mun koran hayang payu teh…”.
Pak Husen itu sering mengajak saya dan kang Edi Padmadisastra (wartwan Sinar Harapan) ikut ke daerah. Kadang menyuruh supirnya (mang Syarif) menjemput saya dan kang Edi di rumah.
Saya juga pernah diajak ke Jakarta menemui Dirjen Pengairan mengurusi rencana pembangunan irigasi Padawaras.
Pak Hudli demikian juga. Waktu beliau jadi Bupati Tasikmalaya, saya sedang menjabat ketua PWI wilayah V Priangan.
Beliau itu kalau datang ke kantor lalu melihat kami sedang bergerombol di luar selalu menyempatkan diri menemui kami sebelum masuk ruang kerja. Say hello dan ngobrol ngobrol sejenak.
Salah satu bantuan pak Hudli kepada para wartawan yang monumental adalah membangunkan Balai Wartawan yang berdiri sampai sekarang.
Waktu itu Kepala Humasnya pak Apang Sofyan dan Kabag Pembangunannya pak Oon Urawan. Karena kesulitan lahan, Balai Wartawan itu dibangun di atas kali Ciromban.
Semua pengalaman itu, lebih meyakinkan saya bahwa wartawan itu memang hidup diantara benci dan cinta.
Selamat Hari Pers Nasional.- ***