Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
KORANMANDALA.COM – Sesungguhnya semua orang itu pemimpin. Simaklah hadits rosul (HR Bukhari – Muslim). Setiap kalian adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Maknawìyahnya setiap orang harus memimpin tangannya, kakinya, mulutnya dan yang terutama hatinya.
Konteks lebih luasnya ada pemimpin kelompok, suku bangsa, negara. Bahkan pemimpin global. Dan mencari pemimpin dalam sekala besar, terlebih pemimpin negara kita bukanlah perkara gampang. Apalagi simsalabim, abrakadabra. Kita ini negara besar ke 4 dunia.
Presiden Joko Widodo beberapa bulan mewanti-wanti kita agar hati-hati memilih pemimpin. Dia mengalibikan negara ini sebagai sebuah pesawat raksasa. Penumpangnya 270 juta. Harus cari pilot dan copilot yang hebat, yang jam terbangnya sudah ribuan jam.
Karena itu pula presiden harus cawe-cawe. Ikut sibuk menyiapkan pilot dan copilot untuk menggantikan pilot lama yang harus pensiun.
Namun ternyata dia terjebak nepotisme dan politik dinasti. Yang dia dukung ternyata anaknya sendiri.
Padahal proses memilih pemimpin memakan energi yang besar. Anggaran saja untuk satu putaran mencapai Rp.77, 3 trilyun. Jika harus dua putaran harus tambah lagi Rp.17 trilyun. Sudah itu hasilnya belum tentu sukses.
Beberapa orang pengamat politik menyebut inilah pemilu/pilpres paling kacau sepanjang era reformasi. Dan presiden Jokowi sendiri dituduh biang kekacauan.
Bagi warga muslim yang mayoritas (87,3%) penduduk maupun pemilih, ada panduan Allah lewat beberapa ayat dalam Al Qur’an serta dari Rosul melalui beberapa hadits.
Yang fundamental dan mendasar adalah surat Al Maidah ayat 51. Orang muslim seharusnya tidak memilih pemimpin yang non muslim. Soal ini clear. Kebetulan 3 pasangan calon yang ada, semuanya muslim. Alhamdulillah.