OLEH: WIDI GARIBALDI
Menjelang Pemilu yang lalu, seorang dosen sering mengingatkan agar para mahasiswanya kalau menggunakan hak pilih harus didasari pertimbangan yang matang. Apakah orang atau partai yang akan dipilih dapat memperjuangkan amanat yang telah dipercayakan kepadanya ? Sang dosen wanti-wanti mengingatkan, jangan asal memilih. Jangan sampai memilih orang yang setiap jam hanya “lalu lalang” di layar kaca. Merasa akrab, karena yang bersangkutan setiap jam muncul di layar televisi. Karena pekerjaannya misalnya pelawak, yang berusaha megocok perut penonton.
Apa yang dikhawatirkan oleh sang dosen, dalam Pemilu yang baru lalu ternyata terjadi juga. Para pemilih tak hirau “isi otak” yang dipilih. Bermodalkan teriakan uhuyyy… yang sudah menjadi identitasnya, para pemilih merasa mantap mencoblos tanda gambar komedian Komeng alias Alfiansyah Bustamil yang menampilkan fotonya yang nyeleneh. Apakah ia dapat memperjuangkan aspirasi para Pemilih ? Nampaknya, bukan itu yang menjadi pertimbangan utama. Rupanya di sini berlaku ungkapan “emangnya gua pikirin ?”.
Karena sang Caleg (anggota Dewan Pertimbangan Daerah-DPD) yang sehari hari dikenal sebagai komedian itu telah mengantongi lebih dari 1 juta 400 ribu voters, diperkirakan ia akan melenggang menjadi 1 dari 4 anggota DPD mewakili provinsi Jawa Barat. Walaupun tidak memperoleh hak pensiun, dibandingkan anggota lembaga Legislatif lainnya yakni DPR, kedudukannya sebagai anggota DPD dapat dikatakan “lebih bernilai” karena dipilih langsung oleh rakyat. Bukan melalui partai politik. Sebagai anggota DPD, sejumlah fasilitas menggiurkan telah menantinya. Di samping gaji pokok Rp4.200.000.- ia akan mendapat tunjangan hampir Rp 40 juta. Belum termasuk tunjangan isteri,anak, pph dsbnya. Tentu saja rumah, kendaraan roda empat akan disediakan oleh negara.
BAPAK SENATOR
Apabila tak ada aral melintang, sang komedian sebentar lagi akan menjadi Senator ( di AS, Senator mewakili United States Senate, Majelis Tinggi pada Kongres Amerika Serikat). Ia akan mewakili provinsi Jawa Barat. Sulit menebak, apakah sang Komedian dapat dijadikan ujung tombak untuk memperjuangkan aspirasi daerah yang berpenduduk 49.405.810 jiwa dengan luas 37.040 km2 ini. Sulit juga ditebak, sejauh mana perannya dalam mengawasi pemerintahan terutama dalam pelaksanaan otonomi daerah. Begitu juga dalam pembuatan rancangan undang-undang dalam rangka mempertimbangkan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR. Yang jelas, program pertamanya apabila terpilih menjadi anggota DPD mewakili daerah Jawa Barat adalah memperjuangkan adanya hari Komedian, seperti halnya Hari Santri, hari Ibu dan sebagainya. Kapan ? Tanggal 27 September, bertepatan dengan hari lahir Bing Slamet pada tanggal 27 September 1927 di Cilegon.
Banyak yang melihat bahwa banyaknya coblosan terhadap tanda gambar nomor 10 milik Komeng, merupakan pertanda adanya perlawanan dari para pemilih yang sudah muak atas janji-janji tanpa bukti yang dilontarkan oleh mereka yang menduduki kursi empuk itu, selama ini. Mereka melihat Komeng sebagai mocking jay, semacam simbol perlawanan dalam serial film Hunger Games.
Jadi, tak perlu anda bersusah payah menempuh pendidikan hingga S2 apalagi S3 untuk menjadi Senator seperti Komeng. Wallahualam***