Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
ADA dua potret bangsa yang berbeda dalam waktu yang sama. Para elit politik dan oligarki sibuk bicara jabatan, siapa jadi apa pasca pilpres 14 Februari. Mereka juga sedang saling tuding berlaku curang.
Potret lainnya rakyat kecil di akar rumput sedang bergelut di panas terik, dengan nafas yang tersenggal, bercucur keringat dan perut lapar. Mereka sedang berdesakan antri untuk membeli beras.
Bahan pokok utama itu mendadak naik baru baru ini. Empat bulan lalu harga beras masih sekitar Rp.10.000 sampai Rp.11.000. Tapi hari hari ini sudah bergerak naik jadi Rp.17.000 sampai Rp.18.000. se kg.
Melihat kondisi ini, beberapa pemerintah daerah turun tangan dengan operasi pasar. Ada Gerakan Pangan Murah di Kuningan. Juga di tempat lain.
Harga dipatok Rp.10.400. Tapi jumlahnya dibatasi seorang hanya boleh beli 2 kemasan berisi 5 kg.
Konsekwensinya masyarakat harus ngantri. Di Bandung seorang warga jatuh pingsan dan dilarikan ke puskesmas (Margahayu Raya).
Menurut Dadi petugas medis, Ny. Ati (46) kekurangan oksigen dan harus diberi bantuan nafas. Ny. Ayi mengaku sudah masuk antrian jam 07.00, sampai jam 09.00 belum dapat giliran.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa harga beras itu naik ? Ini kenaikan luar biasa dan tak pernah terjadi.
Harga beras sekarang ini termahal. Bahkan di dunia.
Menurut Deputy I Bidang Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, penyebabnya adalah perubahan iklim, serangan Elnino dan kemarau panjang.
Yang terjadi ketika musim panas petani gagal panen. Setelah menanam kembali terjadi banjir.