Sebagai wartawan yang waktu itu saya sedang jadi ketua PWI Wilayah Priangan spontan menjawab “siap pak”.
Mun rek arindit nyimpang heula ka Binagraha (maksudnya kantor Sesdalopbang).
Seminggu kemudian kami dengan 3 mobil Toyota Kijang mini, pinjaman dari Pemda Tasik dan Ciamis berangkat ke Baturaja kabupaten Ogan Kemiring Ilir (OKI) Sumatera Selatan.
Sebagai tour leader ditunjuk kang Edi Padmadisastra (wartawan Sinar Harapan).
Di Jakarta kami mampir di Binagraha. Mang Ihin sedang tidak ada, tapi sekretarisnya ditipipi sebuah amplop tebal, bekel.
Alhamdulillah bekel kami bertambah banyak. Sebelumnya bupati Tasik (pak Hudli) dan Bupati Ciamis (pak Momon) selain meminjamkan mobil dan supirnya juga nyangonin ampaw.
Waduh tambah merekis aja tuh saku kang Edi. Sorak sorak bergembiralah semua kurawa.
Mang Ihin itu terkenal sebagai penjabat yang kata orang sunda, “murah bacot, murah congcot”. Neunggeul bari ngeupeul”.
Di Baturaja kami jumpai sekitar 150 kk transmigrasi korban Galunggung. Mereka kebanyakan tidak kerasan di sana. Selain udara yang panas, panen pratama mereka (padi ) gagal. Konon itu disebabkan kesalahan petugas proyek transmigrasi dalam membagikan benih. Katanya benih yang diberikan benih padi gogo, padahal lahan mereka, 80% sawah.
Waktu kami pamit pulang ada diantaranya yang nangis nangis ingin ikut. Tapi tentu saja kami tolak.