La la la, bahaya ta.
Kami menginap di Komering Ilir. Diterima dengan baik dan ramah oleh Humas Pemda setempat. Waktu pulang kami disangoni dukuh Palembang. Agar maklum, dukuh palembang itu aslinya berasal dari kabupaten OKI dan OKU (Ogan Komering Ulu). Palembang hanya menjadi pusat pasar dan distribusi saja.
Saya bertemu kembali (yang terkahir) dengan mang Ihin tahun 2011 di rumahnya di Cisitu Baru Bandung Utara.
Waktu itu saya diantar teman wartawan Ahmad Syafei. Saya bertemu beliau dalam kedudukan saya sebagai ketua Dewan Penasehat Presidium Pembentukan Kabupatem Tasik Selatan (Tasela).
Dalam rangka mencari dukungan, sebelumnya saya sudah menemui beberapa pejabat dan tokoh yang berasal dari Tasik Selatan. Saya bertemu kang Suyaman orang Cisempur , mantan Bupati Pandeglang, pak (Olot) Endang Suwarna mantan bupati Lebak, pak Abdul Wahyan orang Cibalong (mantan Bupati Subang) pak Ukman Sutaryan, orang Cibalong, mantan wakil gubernur ( Jabar ) dan juga pak Ahmad Heriyawan, Gubernur Jawa Barat.
Saya merasa, juga harus bertemu dan meminta dukungan mang Ihin. Beliau itu sangat peduli pada Jawa Barat bagian selatan ic Tasik Selatan. Beliau lama bertugas sebagai tentara di daerah Tasikmalaya.
Di Tawang Banteng ada ibu angkatnya. Kalau tidak salah, istrinya, bi Iyam juga berasal dari sana.
Ada pesan moral dari mang Ihin yang disampaikan ketika kami pamit pulang :
- Leuweung ulah rusak,
- Cai ulah saat dan
- Rakyat ulah balangsak.
“Der rek berjuang mah”. Suaranya masih cukup kuat.
Semua pesan itu telah saya sampaikan kepada teman teman pejuang pemekaran Tasik Selatan.
Selamat jalan mang Ihin. Insyaallah, surga Allah yang sejuk, yang mengalir sungai sungai di bawahnya, telah menunggumu. Holidiina fiha abadaa. Kekal untuk selamanya.
Aamiin Allahuma aamiin.- ***