Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
GEER kemenangan makin terdengar riuh di kandang Prabowo-Gibran. Selain sibuk membicarakan program makan siang gratis, mereka juga sudah mereka-reka siapa bakal masuk kabinet. Jadi menteri atau pejabat setingkat.
Ada Wiranto yang katanya bakal jadi Menkopolhukam, Agum Gumelar jadi Menhub, Kaesang Pangarep Menpora, Ridwan Kamil PUPR, Nusron Wahid Menteri Agama dan lain-lain. Pokoknya sorak sore lah mereka.
Padahal yang menang siapa ? KPU masih tersendat-sendat menghitung suara.Kesulitan mereka (KPU). Kesulitan buatan sendiri. Akal-akalan merubah suara lewat situs sirekap yang tidak berjalan mulus. Keplengkok curang pura puralah sirekap ngadat diserang jutaan virus. Kok bisa teknologi canggih kecolongan ?
Kentut itu, disumput sumput juga pasti menyebar baunya.
Katakanlah benar Prabowo- Gibran yang menang dan jadi penguasa negeri, tapi kekuasaannya tidak akan legitimated.
Selain bakal terus mendapat cibiran publik sebagai pemimpin curang, juga keseimbangan politik tidak bakal terjamin. Kubu oposisi dengan kekuatan lebih besar akan jadi ancaman. Di kubu itu ada PDIP pemenang pemilu legislatif (2024).
Ada PKB, PKS, Nasdem dan PPP. Jumlah kursinya lebih banyak dari kubu Pragib, Golkar, Gerindra, Demokrat dan PAN. Ditambah jika upaya mendongrak PSI dan Gelora berhasil masuk Senayan.
Pemerintahan Pragib akan terus digoyang dan terguncang guncang bagai pesawat terbang diserang turbulensi. Terseok seok ke kanan dan kiri diwarnai jeritan histeria segenap penumpang.
Tidak bisa tidak, Pragib harus mengajak partai lawan masuk ke dalam pemerintahan. Seperti Prabowo masuk ke kabinet Jokowi (2019).
Maukah mereka ? Yang pasti menolak adalah PDI-P . Mereka punya pengalaman di luar (oposisi) selama 10 tahun (2004-2014) di luar kandang.