Melalui 0perasi Khusus (0psus),Ali menebar kaki tangan menjangkau para pemilih sampai desa desa. Bahkan ke kampung kampung. Mereka memanfaatkan perangkat keamanan desa. Di sana ada OKD (Organisasi Keamanan Desa).
Mereka ditugasi “membina” masyarakat untuk mencoblos tanda gambar beringin. Pembinaan itu, bukan dengan bingkisan sembako atau BLT.
Waktu itu belum ada money politik. Yang ada plotot dan otot.
Cara itu bukan tak menuai protes, tapi kekuasaan yang mereka dagangkan lebih bertuah dari sekadar dalih demokrasi.
Karena itu Ali bersama teman sesama loyalis Suharto yaitu Amir Mahmud sering dijuluki sebagai buldozer.
Tapi mereka tak peduli. Yang penting Sekber Golkar menang. Dan memang, beringin nyaris menang mutlak (62%).
Tahun 1971, Ali mendirikan lembaga kajian bertaraf international. Namanya Center of Strategis and International Studies, CSIS.
Dengan lembaga kajian (masih eksis sampai kini) itu, Ali menelurkan ide-ide strategis untuk memperkuat dan mempertahankan kekuasaan Suharto/orde baru.
Tahun 1973, sebuah kepres diterbitkan untuk memperkecil jumlah partai dari 10 menjadi hanya 3 saja.
Partai Demokrasi Indonesia (PDI), mewakili unsur nasional, Partai Persatuan Pembangunan unsur agama dan Sekber Golkar unsur kekaryaan.