Ketika Megawati menunjuk Ganjar sebagai capres dari kandang banteng, Trimedia (apa boleh buntet), berusaha manut. Ketika bertemu di Medan, mereka tampak akrab. Tri menyalami (cipika cipiki) Ganjar sambil ngobrol akrab walau sejenak.
Ketika sekarang hampir pasti Ganjar keok, penyakit usil Tri kambuh lagi. Dalam acara ILC (Indonesian Lawyer Club), soal hak angket, dia kembali merundung kawan sekandangnya itu.
Dia bilang lagi, bahwa Ganjar itu sebagai gubernur (Jateng) saja tidak mampu. Kerjanya cuma main medsos. Menyelesaikan kasus wadas dan rob (banjir laut) saja tidak bisa. Sampai akhir masa jabatan sebagai gubernur, Jateng itu masih termasuk 17 provinsi di Indonesia yang tertinggal dalam hal pembangunan.
Tutur kata kader satu itu, menggambarkan dukungan PDI-P kepada hak angket itu tidak akan bulat. Pasti lonjong seperti telur Brebes.
Mungkin tak hanya Trimedia yang mblelo, tapi banyak kader lain. Ingat bahwa hak angket itu melekat pada orang perorang (anggota). Bukan pada partai atau fraksi.
Jadi memang proses hak angket (penyelidikan) itu tampak tersendat karena banyak yang nyegat.
Upaya mencegat si angket juga datang dari pihak 02. Kabarnya PPP sudah diiming-imingi satu kursi menteri di kabinet Pragib, asal tidak mendukug angket.
Ganjar sendiri dislepet untuk mencabut usul hak angket dengan imbalan jabatan menteri bergengsi yaitu menteri Dalam Negeri.
Kabarnya pula nih, katanya, sudah ada ponggawa istana yang berusaha menemui Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar.
Slepet Cak Imin bisa jadi bumerang atau kalau kata orang sunda mah “tamiang meulit kabitis” , senjata makan tuan.