Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
ITU kata Hasto Kristianto, bukan kata saya. Saya cuma manggut manggut doang. Kayanya memang seperti itu.
Setelah membakar rumah dia lari sendiri. Tinggalah teman sekandang blingsatan, berusaha memadamkan api dan merapikan kandang.
Ketika ditanya Akbar Faizal, tuan rumah Akbar Faizal uncensored, Hasto menyebut, secara de jure JKW masih anggota PDI-P. KTA masih dia pegang, belum dikembalikan.
Hasto tak tegas menjawab kenapa ayahanda Kaesang Pangarep itu, bisa lupa kacang akan kulit. Yang pasti dia belum bisa menguasai nafsu membangun dinasti. Setelah berhasil memberi jalan kepada si cikal (Gibran), kini dia mulai memikirkan Sang Pisang (Kaesang). Katanya si bungsu yang Ketum Partai PSI itu, disebut sebut mau nyalon di pilkada Depok. Atau malah mungkin Gubernur Jakarta. Lalu sang mantu (Bobby Nasution) juga mau nyagub di Sumut.
Setelah itu, muncul lagi mantu bungsu (Erina Gudono) isteri Kaesang disebut sebut mau nyabup di Kendal (Jawa Tengah). Bahkan Gerindra katanya sudah siap jadi kuda tunggang.
Padahal sebenarnya dominasi JKW sudah mulai melemah. Kekuasan secara struktural akan berakhir 20 Oktober 24.
Sementara pilkada serentak di 271 daerah (kabupaten/kota dan provinsi akan berlangsung 27 Nopember). Upaya JKW memajukan pilkada ke September ditolak MK.
Mungkin Prabowo masih akan memberi dukungan kepadanya dalam meluluskan ambisi membangun dinasti.
Setelah anak menantu, bukan mustahil dia juga memikirkan membangun jalan tol untuk Yan Ethes, cucu tersayang.
Benar kata Hasto, setelah berkuasa orang itu bisa berubah. Jokowi adalah contoh konkrit.