Padahal permainan belum berakhir. Games belum over. Di tengah lapang, bola masih dikocek.
Kalau benar Paloh mau gabung koalisi “Inju” alias Indonesia Maju, wajar saja. Soalnya dalam sejarah politik, Nasdem belum pernah berada di luar kekuasaan. Jadi wajar kalau dia merasa ngeri-ngeri sedap kalau cuma jadi tukang keprok atau cuma pemeran walk out.
Paloh tak merasa perlu jadi bintang utama. Ora sah jadi Presiden atau wakil Presiden, apalagi cuma jadi menteri. Mereka itu cuma wayang, terbuat dari kayu yang diukir.
Paloh ingin jadi dalang kaya Asep Sunandar. Yang membuat Gatot Kaca bisa terbang tinggi ke angkasa, ke langit biru.
Kalau dekat dengan penguasa, sebagai bandar dari tanah rencong dia bisa ikut berniaga. Bisa berkebun sawit, berbisnis minyak, atau armada tanker, atau usaha kuliner and so on. Biarlah anak buah yang jadi menteri mah.
Menteri itu “panyawah” yang disuruh cari cien. Bukankah ada wacana korupsi BTS (8.03 trilyun) sebagian dananya mengalir ke partai ?
Siapa tahu juga ada yang kesaku pak Boss. Wallahualam.
APH (Aparat Penegak Hukum) nya keburu kehabisan nafas.
Apa pula dengan PKS, Partainya Ahmad Syaihu itu sudah 10 tahun berada di luar kandang, sudah luar biasa. PKS itu lebih dikenal sebagai Partai Keluar Saja. Pertanyaanya apakah sekarang mereka masih kuat puasa 5 tahun lagi ? Waduh…weleh.
Prabowo sendiri memang harus menambah kawan. Jelek jelek doktrin PKI ; “musuh satu kawan sembilan”, ada baiknya.