Tidak berkembangnya sector-sektor pendukung seperti pariwisata yang menjadi destinasi. Dan yang terakhir budaya transportasi. Tetapi setelah tol itu tuntas setahun lalu, Kertajati tetap sepi. Orang Bandung lebih senang terbang lewat bandara Huse Sastranegara.
Namun ketika bandara Husen ditutup, orang Bandung merasa lebih nyaman terbang dari Jakarta. Demikian pun orang Priangan Timur (Tasik, Ciamis dan Garut, dari Cileunyi lebih senang lurus ke Jakarta).
Ke Kertajati itu belot. Dari Cileunyi jaraknya 61 km. Berarti harus mundur dulu 61 km.
Pokoknya Kertajati masih tetap sepi.
Ada beberapa usul nama baru. Ada KH Abdul Halim tokoh agama dan pejuang di Majalengka. Beliau baru mendapat gelar pahlawan nasional tahun 2023. Ada Bagus Rangin tokoh perjuangan melawan penjajahan Belanda di Majalengka.
Ada juga usul nama-nama kerajaan (lokal) yang pernah berdiri di Majalengka seperti Talaga Manggung, Sindang Kasih dan Raja Galuh.
Last but not least terakhir muncul nama Raden Dewi Sartika. Nama itu keluar dalam diskusi Perhimpunan Perempuan Dewi Sartika (PPDS) 8 Maret lalu.
Ketum PPDS Prof Kery Lestari ( guru besar Unpad) mengaku sangat relevan dan “munasabah” mengusulkan nama Raden Dewi Sartika sebagai calon nama bandara Kertajati.
Beliau itu (Raden Dewi) adalah pejuang yang telah membebaskan kaum perempuan sunda dari kebodohan dan belenggu adat. Beliau membebaskan kaumnya dari anggapan perempuan tak perlu sekolah, tak boleh cari jodoh sendiri. Usia 12 tahun masuk ruang pingit dan lain-lain.
Raden Dewi mendirikan sekolah khusus untuk perempuan dan sempat berkembang di Jawa Barat.