Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
SEKJEN PDI-P, Hasto Kristiyanto, mengaku partainya menyesal dulu (2020) mengusung Gibran Rakabuming Raka menjadi calon Walikota Solo.
Keputusan itu semata karena melihat kinerja bapaknya (Jokowi) yang sangat positif. Juga karakter pribadinya yang sederhana, merakyat dan tak korup. Dan tingkat kepuasan publik rata rata di atas 80 %.
Edun suredun emang.
PDIP untuk mengajukan GRR itu terpaksa membatalkan kader lain yang sudah disiapkan, sehingga sempat terjadi konflik internal.
Tapi belakangan ini, bapak dan anak itu sama-sama melenceng. Ketika wacana Gibran akan dicalonkan oleh kubu Koalisi Indonesia Maju menjadi Cawapres Prabowo, kata Hasto, GRR sempat ditanya langsung oleh Ketum Megawati. Tapi GRR menjawab akan tetap menjadi kader PDIP.
Pun demikian bapaknya masih tampak konsern mendukung Ganjar Pranowo.
Tetapi itulah yang terjadi dua-duanya pergi tanpa basa basi. Belakangan setelah didesak terus oleh kader-kader lain, GRR baru mengaku. Sekarang dia sudah menyatakan keluar. KTAnya dikembalikan kepada FX Rudiyatmo (Ketua PDIP Solo).
Tapi bapaknya sampai sekarang tidak jelas. Secara de jure dia masih anggota. KTAnya masih dia pegang. Tetapi kenyataanya dia sudah berada di negeri sebrang.
Yang pasti secara kasat mata dia telah terang-terangan bahkan dengan melakukan berbagai penyimpangan mendukung anaknya sampai terpilih menjadi wakil presiden.
Soal mendukung anak adalah wajar dan manusiawi. Siapapun pasti. Tapi yang disesalkan adalah caranya, menyimpang dari azas keniscayaan dan bahkan konstitusi. Juga meluluhkan lantakkan demokrasi.