Dan dia (harus) terjebak dalam paradigma, tak ada yang abadi dalam politik serta politik itu dinamis. Bisa berubah kapan saja, sesuai dengan strategi.

Tetapi yang tak habis pikir kenapa Yusril harus mengorbankan etika dan moral sebagai guru besar, sebagai profesor yang dihormati ?

Apa yang dia  cari ?

Dalam hal kekuasaan sebagai partai gurem yang tak pernah masuk Senayan, paling-paling PBB hanya dapat jatah satu kursi menteri saja. Atau jangan-jangan cuma kebagian jatah Wamen.

Padahal buat Yusril sendiri jabatan Menteri mah  sudah pernah dia dapat.  Dua kali malah.

Sekarang apa lagi yang kau cari profesor ?

Yusril itu sesungguhnya warisan orde baru.

Waktu itu, sebelum Suharto turun, Yusril bekerja di Sekretariat  Negara. Tugasnya lebih spesifik sebagai tukang nyusun konsep pidato presiden (Suharto).

Waktu terjadi gerakan reformasi dia berhasil nyingcet masuk barisan reformasi. Lalu seperti yang lain, dia juga mendirikan partai yang diberi nama Partai Bulan Bintang. Partai ini banyak ditenggarai sebagai reinkarnasi (Masyumi reborn).

Tapi  PBB tak  pernah menyala seperti Masyumi dulu. Kalau tak salah, setelah ada parliamentary threshold, PBB belum pernah masuk Senayan.

1 2 3 4 5



Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News dan KoranMandala WA Channel

Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial

Exit mobile version