Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
ADA kesalahan saya dalam tulisan berjudul “Kiat 5 At untuk jadi wartawan hebat, beberapa waktu lalu. Kesalahan itu tentang nama orang. Padahal saya tahu nama orang itu sebuah hal krusial bagi seorang wartawan. Di negeri orang katanya, salah nulis nama bisa berakhir di pengadilan.
Kesalahan saya menulis nama Parada Harahap menjadi Pardede Harahap. Dua nama yang sama orang beken.
Prof. Dr. H Krisna Harahap SH MH.
Komisioner Utama Koran Mandala yang mantan Pemred Harian Mandala (1969-1995) serta Hakim Agung (17 tahun) itu menyampaikan kesalahan saya (Pardede Harahap) itu seraya menyebut itu bukti bahwa beliau senang membaca tulisan saya.
Jadi lewat tulisan ini saya ingin meralat. Kapada yang membaca tulisan itu (KIAT 5 AT…) mohon dibaca Parada Harahap bukan Pardede Harahap).
Kepada Prof Krisna saya berterima kasih atas koreksinya dan atas perkenannya membaca tulisan saya.
Berikut saya ingin menulis profil Parada Harahap seperti judul di atas.
Wartawan yang lahir di Padang Sidempuan Kabupaten Asahan (15 Desember 1899) memulai kehidupannya sebagai juru tulis kebun di perkebunan karet Rubber Culture Mijj Amsterdam di Sungai Karang Deli Serdang. Ketika itu dia baru berusia 15 tahun. Baru keluar dari Sekolah Goverment School of Tweede Klasse (setingkat SD).
Remaja belia itu meninggalkan kampung halamannya menuju Sungai Karang Deli Serdang yang berjarak 360 km.
Tak jelas menggunakan kendaraan atau ndelepak ceker dia bisa sampai di Deli Serdang.