Kesatuan itu dipimpin oleh Mayor Moch. Idjon Djanbi. Tentara “bule” itu adalah mantan Kapten KNIL (Kononklijk Nederlandsch Indische Leger) sekaligus mantan Korps Speciale Troopen pada perang dunia II.
Dari waktu ke waktu, satuan khusus ini mengalami perubahan nama. Di antaranya, Korp Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Para Komando Angkatan Darat (PKAD), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), dan terakhir Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Selain sukses menumpas RMS, Kopassus juga berperan besar dalam penumpasan PRRI/Permesta dan sejumlah kegiatan operasi militer lain. Di antaranya, Operasi Trikora, Operasi Seroja (Timtim), Operasi Pembebasan Sandera (DC-0 Woyla Garuda Indonesia), Pembebasan Kapal Sinar Kudus (Somalia), dan lain sebagainya.
Hingga hari ini, Kopassus juga terus aktif menjaga keutuhan NKRI dengan sejumlah operasi.
Estafet Komando
Sebagai satuan tempur andalan TNI-AD, Kopassus senantiasa mengaktualisasikan diri. Bukan saja pada rotasi para komandan, tetapi juga pada pemutakhiran science dan tekhnologi.
Itu pula yang diharapkan Mayjen TNI Deddy Suryadi saat berpidato sertijab kepada penggantinya, Mayjen TNI Djon Afriandi pada 8 Maret 2024 di Cijantung. Sebelumnya, Deddy menayangkan film pendek berupa profil Kopassus.
Di era kepemimpinan Deddy Suryadi sebagai Danjen Kopassus ke-36 (tahun 2023), Kopassus banyak berkecimpung di bidang pendidikan dan latihan. Kopassus menerima sejumlah kunjungan dari tentara asing yang melakukan studi banding maupun latihan bersama.
Saat Deddy menyerahkan tongkat estafet kepada penggantinya, Djon Afriandi, ia juga mewariskan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diberikan pimpinan TNI sebelumnya.
“Kopassus mendapat kepercayaan dari pimpinan TNI, baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU untuk melatih para prajurit baru. Program ini berlangsung hingga Desember 2024,” ujar Deddy.