Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
LANGKAH zigzag presiden terpilih versi KPU, Prabowo Subianto syah syah saja. Katanya dia mau merangkul semua pihak, termasuk mantan rival-rivalnya di dalam pilpres lalu. Semua mau diajak bareng bareng mengelola negeri.
Dia sudah bertemu Muhaimin Iskandar dan Surya Paloh. Dua pentolan perubahan itu kabarnya sudah berubah arah. Berganti mazhab dengan mudah. Weleh weleh.
Tak peduli para pendukung yang berjuta-juta itu kecewa dan marah. Bahkan Refly Harun berteriak lantang menuduh mereka pengkhianat.
Yang tak habis pikir dan bertanya kenapa mesti rangkul rangkulan adalah Adian Napitupulu. Politisi PDIP itu memang mengaku tidak ada soal dengan Prabowo. Ada sejarah kebersamaan ketika PS jadi Cawapres Mega tahun 2009.
Avian mau politik itu normatif saja. Yang menang silahkan memerintah. Dan yang kalah menjadi penyeimbang. Dan itu bermanfaat agar pemerintahan berjalan lurus karena selalu ada kontrol, ada check and balance.
Yang mengontrol itu rakyat yang dipresentasikan kepada partai politik yang kalah dalam pemilu.
Prinsip itu pulalah yang diajarkan pilsup zaman Romawi kuno, Plato alias Aristoteles dalam bukunya Politea yang ditulisnya 300 tahun sebelum Masehi.
Memang banyak orang tak paham akan tarian ayo geys Prabowo itu. Apalagi, kabarnya dia akan juga menemui Rocky Gerung. Tak peduli si Rocky itu sudah berucap bahwa presiden ke 8 itu sebagai bajingan tolol.
Rocky memamg semua orang tahu, dia seorang kritikus yang mulutnya tajam bagai pisau silet dan ngomong garang dan lantang. Presiden Jokowi saja dibilang presiden paling dungu.
Jokowi sendiri tidak mau (atau tidak berani) melaporkan Rocky dengan delik penghinaan dan ujaran kebencian. Yang melaporkan orang-orang lain saja, pendukung dan orang-orang di lingkar istana.
Sampai sekarang sudah ada 37 laporan di Bareskrim. Tapi semua ditolak karena sesuai aturan perundangan, yang melapor harus orang yang bersangkutan.
Tak tahu pula, buat apa PS menemui RG ? Mau diajak jadi menteri atau jubir presiden ? Wallahualam alam.
Tapi banyak pula orang ragu, mulut Rocky itu bisa disumpal dengan uang atau jabatan. Gaji ngajar 15 tahun di UI saja dia tidak ambil. Hobinya cuma naik gunung dan menggerung gerung.
Lalu apa nama politik yang direntang Prabowo Subianto itu ?
Rekonsiliasi atau tak cukup nyali untuk jalan sendiri ?
Banyak pendapat bahwa kepemimpinan atau pemerintahan di manapun di jagat raya ini, jangan diharap bulat seperti bola pingpong atau seperti bal bliter di lapang bola. Kepemimpinan itu lonjong seperti telor Brebes. Dibulat bulatkan juga akan tetap lonjong. Yang ada malah pecah berantakan.
Masih belum cukup itu, PS pun kemudian meluncurkan ide membentuk Presidensial Club. Yaitu menghimpun semua mantan presiden dalam sebuah lembaga.
Terhadap ide ini juga banyak orang ragu, akan manfaat dan efektivitasnya.
Bagaimana dia (Wowo) bisa mensatu padukan Megawati dengan SBY ? Apa lagi sekarang, antara Megawati dengan Jokowi ?
Jangan jangan itu lembaga Presidensial Club menjadi ajang cakar cakaran, bukan rangkul rangkulan.
Lagian seperti kata Adian Napitupulu, buat apa rangkul-rangkulan segala ? – ***