Oleh Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
PARTAI Demokrat mungkin sedikit nyesel. Jagoannya Dr. H. Dede Yusuf Macan Effendi, S.T., M.I.Pol. menolak ikut pilkada di Jawa Barat.
Padahal dalam pileg lalu, putra artis kesohor Rahayu Efendy itu, peraih suara terbesar untuk DPR RI dari Jawa Barat. Perolehan suaranya tembus 210.179.
Alasan penolakan Dede masuk akal. Ada peraturan yang disepakati komisi II DPR dengan KPU seorang caleg terpilih harus mengundurkan diri jika ikut nyalon dalam pilkada.
Atura ini rada aneh dan kurang adil. Kenapa mentri yang nyapres tidak harus berhenti, sedang caleg belum juga nongol di Senayan harus mundur. Harus spekulasi, untung-untung. Jangan jangan mau untung malah buntung.
Dede tidak mau pake politik spekulasi. Kata orang sunda dia tak mau “moro julang ngalepaskeun peusing”. Atau dalam peribahasa Melayu “Mengejar burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan”.
Maksudnya mengejar sesuatu yang belum tentu, yang sudah di tangan dilepaskan. Bisa lepas dua duanya. Rugi abis.
Juru bicara partai Demokrat, Herzaki Mahendra Putra mengaku Demokrat merasa sayang penolakan kader handal itu. Padahal Demokrat sudah bulat mau mengusungnya.
Kang Dede itu elektabiktasnya cukup tinggi, kinerjanya bagus, juga integritasnya.
Kader lain yang juga tidak bersedia nyalongub adalah Cecilla Nurachadiana. Mantan bupati Karawang itu juga lebih memilih ngantor di Senayan setelah terpilih dalam pileg lalu. Herzaki mengaku Demokrat belum patah arang dan masih melirik kader lain, atau mendukung kader partai lain.
Ketidak sediaan Dede Yusuf, jujur sedikit membuat saya “hanjakal”.
Saya punya cerita tentang mantan wagub (Jabar) 2008-2013 itu. Ketika dia nyalon gubernur 2013 kami (berpisah dengan Ahmad Heriawan) Dede berkomitmen, jika terpilih akan membantu mempercepat proses pembentukan kabupaten Tasikmalaya Selatan sebagai Daerah Otonomi Baru terpisah dari kabupaten Tasikmalaya.
Waktu itu saya bergabung dengan tim sukses Dede. Pernah beberapa kali keliling lintas selatan Jawa Barat dalam rangka kampanye untuk Dede Yusuf yang berpasangan dengan Lex Laksmana (Sekda Jawa Barat).
Sayang dia tak mampu mengkampaskan Ahmad Heriawan (petahana) yang berpasangan dengan Dedi Mizwar.
Menurut pengamat, Dede salah milih pasangan. Katanya, Lex kurang banyak dikenal masyarakat. Dia terlalu banyak duduk di belakang meja. Wallahualam.
Absennya Dede dalam pilgub 2024, dianggap menguntungkan Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi dan calon lain. Perolehan suara terbanyak yang dikantongi Dede merupakan ancaman bagi calon lain.
Nah bagi yang ingin menjadi raja Pajajaran berkantor di gedung sate dan tinggal di gedung Pakuan silahkan mendekat ke partai Demokrat. Siapa tahu bisa meng-knockout Ridwan Kamil atau Dedi Mulyadi.- ***