Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
RIDWAN Kamil masih bersikukuh kembali ke gedung sate, dan gedung Pakuan.
Beberapa kali dia bilang tidak tertarik untuk ikut berebut suara orang Betawi.
Mungkin ia harus cermat berhitung elektabilitas. Betawi itu negeri orang, meski banyak orang sunda/Jawa Barat tinggal di sana.
Di Jabar, hitung-hitungan suara sudah di tangan. Dan mungkin itu benar.
Di periode pertama kinerjanya baik sekali. Selama 5 tahun BPK menganugrahi predikat WTP, Wajar Tanpa Pengecualian.
554 buah penghargaan dari dalam dan luar negeri diterima Pemprov selama masa kepemimpinannya.
Dia juga mendapat empati publik ketika mendapat musibah putra sulungnya tewas tenggelam di Swiss.
Lalu di Jabar, lawan tandingnya nyaris tak ada yang tangguh, selain Dedi Mulyadi.
Lalu kenapa RK gak berani ke Jakarta. Padahal Golkar memberi keleluasaan dia kalau mau hijrah ke Jakarta.
Semua orang tahu, Jakarta memiliki kasta yang lebih tinggi dalam segala hal. Gengsi juga meningkat.
Ada yang mengatakan RK ngeri-ngeri sedap masuk Jakarta.
Maung Bandung itu ciut hati harus melawan macan kemayoran. Di sana ada Anies Baswedan. Petahana yang keok nyapres itu lagi menimbang nimbang masuk pakalangan lagi. Padahal PKB sudah menyatakan siap mengusung dan mendukung.
Di sana juga ada Sri Mulyani, menteri keuangan terhebat di dunia. Kabarnya SMI dan Tri Rismaharini mensos Jokowi, sedang dipertimbangkan jadi calon dari PDIP.
Ada lagi Ahok alias Basuki Tjahja Purnama. Itu musuh lama dan jagoan Betawi.
Ahok masih punya pendukung militan. katanya mau tandang lagi. Bahkan ada kabar angin, dia mau berpasangan dengan Anies Baswedan. Meski rumusnya susah diterima akal, tapi mungkin ngeri-ngeri sedap bagi Ridwan Kamil.
Makanya sudah, pulkam saja! .- ***