Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)

MENURUT Yus Badudu dalam kamus serapan bahasa asing, geng adalah sekumpulan orang yang berkelompok berbasis persamaan sosial, kesenangan, sekolah, daerah dan lain-lain. Konotasinya dalam perilaku negatif.

Geng atau gengster biasanya tumbuh di kota kota.  Di kota Solo organisasi serabutan itu muncul sejak tahun 1980. Menurut Andri Matias tokoh dan pendiri geng Hourex’s Soladrity di Solo Raya ada sekira 20 gangster yang sempat  tumbuh dan berkembang sampai sekarang.  Dia menyebut nama nama geng Solo antara lain  :

– Gojeck

– Goz’s

– Gondez’s (GDZ)

– Gerombolan Anak Bengawan ,

– Jackpot,

– Bocah Nekad (Bonek),

– Screcth

– Zharap

– Shinting

– Bronx

– dll.

Mereka itu kebanyakan siswa SMAN 2,5,7 dan Kristen II Solo.

Tapi belakangan,  muncul nama gengster baru “geng Solo” anggotanya beberapa jendral, yang berada di lingkar dan karena relasi kuasa presiden Joko Widodo.

Mereka adalah jendral -jendral yang dulu pernah bekerja sama dengan Jokowi ketika menjabat wali kota Solo.

Mereka adalah :

Lystio Sigit Prabowo

Tahun 2011-2012 Lystio menjabat Kapolresta Solo dan secara jabatan bersentuhan dengan Joko Widodo yang Walikota.

Ketika Jokowi jadi Presiden (2014) LSP diangkat jadi ajudan.  Kemduian jadi Kapolda Banten, Kadivpropam , Kabareskrim  dan Kapolri (2020).

Agus Subianto

Tahun 2011 Letkol Agus menjabat Dandim di Solo. Seperti LSP Agus juga diangkat jadi ajudan Jokowi (2014).

Lalu jadi Danpaspampres (2020-2021), Pangdam III Siliwangi, Wakasad, Kasad dan Panglima TNI.

Irjen Pol Ahmad Luthfi

Tahun 2011 dia menjabat wakapolres Solo. Kapolres Solo (2015), Kabaintelkam (2017) dan baru baru ini dilantik jadi Kapolda Jawa Tengah.

Marsekal (purn) Hadi Cahyanto

Tahun 2011 menjabat Danlanud Adi Sumarmo Solo

2017 diangkat jadi Kepala Staf Angkatan Udara.

2018 jadi Panglima TNI mengganti Gatot Nurmantyo.

Setelah pensiun (2022) jadi menteri ATR/Kepala BPN.

Ketika Mahfud MD mengundurkan diri, Hadi menggantinya sebagai Menkopolkam.

Diantara mereka (Joko Widodo dan para jendral itu) saling menitip diri. Ada simbiosis mutualistis.

Para jendral mendapatkan jalan tol dalam meniti karir.

Melaju lancar dan kencang tanpa hambatan.

Sebaliknya Joko Widodo memperoleh jaminan keamanan.  Terlebih dalam gonjang ganjing politik sekarang ini.

Begitu kuatnya benteng pertahanan Joko Widodo dari para jendral geng Solo itu, sampai sampai ketum PDIP Megawati Sukarnoputri  klemar klemer dibuatnya. Ketika para kadernya di rakernas V berteriak, lawan (Jokowi), Mega bilang, hati hati, mereka punya bedil.

Jadi tampaknya, hegemoni kekuasan  Jokowi  masih perkasa tuh.

Antara lain berkat pagar para jendral geng Solo itu.- ***

Sumber:

Editor: Eka Purwanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Exit mobile version