Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
SETELAH membaca tulisan saya Geng Solo, ada yang minta saya juga menulis tentang geng Hambalang.
Mulanya saya agak keder, apakah yang dimaksud itu gengnya Prabowo Subianto ?
Soalnya di sana ada tempat kediaman (rumah) menteri pertahanan itu.
Tapi belakangan rumah yang berada di bukit Hambalang, Desa Bojong Koneng Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor jarang dikunjungi. Beliau lebih sering berada di rumah yang di jalan Kertanegara (No.4) Jakarta Selatan. Terlebih setahun menjelang Pemilu/pilpres 2024.
Dulu, Hambalang sering dijadikan tempat pelatihan kader partai Gerindra.
Anak saya yang sulung, pernah mengikuti latihan selama sebulan di sana. Seperti pernah saya cerita, pembentukan cabang Gerindra kabupaten Bandung berlangsung di rumah saya komplek wartawan Bale Endah. Dan anak saya itu, ditunjuk sebagai sekretaris 1 cabang partai Gerindra kabupaten Bandung yang pertama.
Dari dia saya dapat cerita tentang rumah Prabowo dengan padepokan Garuda Yaksanya.
Rumah itu terletak di bukit Hambalang. Dibangun di atas lahan sekitar 8 ha. Selain padepokan yang menjadi tempat penggemblengan kader Gerindra itu, ada juga lahan pertanian dan peternakan (kuda dan sapi), ada istal kuda dan landasan helikopter.
Bukit itu bisa dicapai lewat pintu tol Sentul City (tol Jagorawi) dengan lama perjalanan sekirat 30 menit.
Tapi sekarang ini di sana sepi. Kegiatan PS sering berlangsung di jalan Kertanegara itu. Tak ada hubungan apa-apa dengan Kertanegara, raja terakhir Singosari itu. Cuma kebetulan saja.
Jadi saya pikir kalaupun ada geng gengan ya lebih pantas kita namai geng Kertanegara saja. Mudah-mudahan itu arwah raja terbesar dan terahir kerajaan (Singosari) yang didirikan Ken Arok itu tidak keberatan. Jangan sampai pula gentayangan, amit amit dong.
Di jalan Kertanegara, terutama setahun menjelang pilpres, tokoh-tokoh anggota geng itu pada ngumpul. Mereka adalah kelompok politisi yang merasa punya kesamaan profesi, berkumpul, meriung riung.
Tapi ada yang bilang itu merupakan geng orang orang yang titip diri sambil berharap ikut manggung kelak jika boss geng (Prabowo) menang pilpres.
Ada Gibran Rakabuming Raka. Anak muda yang mendadak mendapat jalan pintas (kata orang lewat cara yang curang), menjadi orang terdekat dan wakil boss sebagai calon wakil Presiden.
Ada Zulkifli Hasan. Ketum PAN dan menteri Perdagangan itu disebut berlindung di Koalisi Indonesia Maju setelah diperiksa Kejaksaan Agung dalam kasus dugaan suap impor gula. Bahkan kantornya Kemendag sempat di udak aduk penyidik Kejagung.
Ada Airlangga Hartarto. Ketum Gokar itu rela melepas ambisi dan penugasan partai untuk menjadi capres atau Cawapres. Dia sempat diperiksa 11 jam oleh penyidik Kejagung. Disebut sebut dia terlibat kasus izin ekspor (ilegal) sawit mentah (CPO) yang dilarang oleh Presiden.
Lalu tiba-tiba muncul Khofifah Indarparawansa. Gubernur Jawa Timur itu tiba tiba menjadi tim sukses Prabowo Gibran. Katanya itu gara gara dia diperiksa dan Kantornya diacak acak penyidik KPK.
Ketua Umum Muslimah NU itu diduga terlibat kasus dana hibah yang melibatkan beberapa pejabat di Pemprop Jatim.
Terbukti, mereka aman dalam dekapan mas Bowo.
Lalu masuk Fachri Hamzah dan Anis Mata. Mereka itu serpihan PKS yang kemudian mendirikan Partai Gelora. Fachri yang dulu galak dalam mengkritisi presiden Jokowi, kini klemas klemes di depan Prabowo, kaya banteng dipiting matador di Spanyol.
Belakangan muncul pula Kaesang Pangarep. Putera bungsu presiden Jokowi yang jadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia secara instan itu, masuk dan menyatakan mendukung Prabowo Gibran.
Mereka cuma ngintip kebagian jatah menteri .
Belakangan dengan dalih untuk rekonsiliasi dan kebangsaan, Prabowo membuka tangan untuk musuh-musuh politik yang dikalahkannya dalam pilpres 2024.
Tiba tiba Muhaimin Iskandar yang sempat lari dari KIM ke koalisi Perubahan, kembali sambil cengengesan ke koalisi Indonesia Maju.
Pun pula ketua umum Nasdem Surya Paloh. Dengan wajah tanpa dosa, politisi yang jenggotnya lebat kaya hutan Leuser di Betong Ateuh Nagan Raya Aceh itu tiba-tiba menyatakan mau gabung dan mendukung pemerintahan Prabowo Gibran.
Mereka (Imin dan si Brewok), tak peduli rasa kecewa, sumpah serapah dan tuduhan penghianat dari hampir 70 juta pendukungnya.
Mereka semua nanti akan berkumpul menjadi kelompok yang jika mengacu kepada definisi Yus Badudu memenuhi syarat untuk disebut geng. Mari kita beri nama saja Geng Kertanegara pimpinan jendral Prabowo Subianto. Untuk menampung semua anggota geng itu, katanya Pragib terpaksa harus merubah undang-undang kementerian dan menambah jumlah menteri menjadi 39 atau 40.
Alamak, sampai segitunya itu geng.- ***