Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)

SUSAH menebak isi hati presiden Jokowi. Sejak pengakuannya mau cawe cawe, langkahnya nyaris tidak terkendali. Meninggalkan PDIP tanpa permisi. Membohongi Ganjar Pranowo sampai terbengong bengong. Padahal sebelumnya berkali kali memberi isyarat mau mendukung si rambut putih. Dan Ganjarpun keok.

Tanggal 30 Mei lalu, Jokowi kembali menyebar kontroversi. Dia menanda tangani PP 25 tahun 2024 tentang pemberian Izin Wilayah Usaha Pertambangan Khusus kepada Ormas  keagamaan.

Heranlah semua orang. Apaan tuh. Padahal selama ini pemerintahan Jokowi tidak dikenal dekat dengan kelompok agamis, termasuk Islam seperti  tertulis dalam KTPnya.

Pertanyaan yang menggantung di benak orang termasuk sejumlah intelek islam, belum terpecahkan.

Tak ada ceritanya ormas keagamaan yang berkiprah secara profesional dan sukses di bidang perdagangan.  Apalagi pertambangan.

Eksploitasi pertambangan itu merupakan wilayah hitam (dark area), setidaknya abu abu (grey area).

Tidak jelas deviden yang diterima negara.

Yang pasti selama ini kerusakan lingkungan yang terjadi. Katanya ada sekitar 8 ribu lobang bekas tambang yang tetap menganga tidak direklamasi.

Aspek negatif  lainya dipenuhi dengan korupsi. Salah satunya tambang timah yang menurut hasil audit BPK kerugian negara mencapai 300 trilyun lebih.

Ada teman yang bilang dibalik PP 25 yang merupakan revisi dari PP 96 tahun 2008 itu ada tangan Bahlil Lahadalia di belakangnya.

Menurut Bocor Alus majalah Tempo, suatu hari ada pertemuan informal antara Bahlil, Luhut, Pratikno (Mensesneg) dan Arifin Tasrif (menteri ESDM).

Dalam pertemuan itulah Bahlil menyampaikan ide memberi izin khusus kepada ormas keagamaan itu.

Katanya Luhut menolak keras ide itu. Sedang Pratik dan Arifin cuma manggut doang. Ternyata Bahlil meneruskan ide itu dengan menyiapkan RPP. Lalu disodorkan kepada presiden Jokowi.

Eh ndilallah tak pake banyak cingcong, ditekenlah itu PP dan langsung diundangkan.

La la la kok bisa.

Ya itulah yang terjadi.

Lalu apa sebenarnya motif yang ada di kepala Bahlil dengan ide negong itu ?

Namanya juga Bahlil dekat dekat kepada Bahlul. Nama Bahlul itu ada dalam kisah khalifah Harun Alrasyid pada masa kekuasaan Abbasiyah.

Dalam kitab Mazani al uqla disebutkan si Bahlul itu orang gila yang banyak akal.

Hidupnya di sembarang tempat, paling sering dikuburan. Tapi khalifah Harun Alrasyid sangat menyayangi si Bahlul itu.

Tapi Bahlil bukan Bahlul. Berbeda tempat dan zaman. Bahlil mah orang pintar cuma suka guminter (berlaga pinter).

Yang tetap bikin heran selama ini tak ada cerita Bahlil dekat dengan kalangan agama yang ada di Indonesia. Cuma memang dia pernah jadi anggota HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam) ketika dia sekolah di Sekolah Tinggi Ekonomi di Pakpak Papua.  Bahkan pernah menjabat Bendahara Umum PB HMI.

Apakah dia juga disayang oleh Jokowi seperti Bahlul disayang khalifah Harun Alrasyid  ?

Ada kecendrungan ke arah itu. Perkawanan mereka sudah terjalin ketika keduanya sama sama menjadi pengusaha muda dan bergabung dalam HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia). Bahkan Bahlil sempat menjadi Ketum HIPMI  (2015-2019).

Tahun 2020 Bahlil diangkat Jokowi menjadi Kepala BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal).

Dan tahun 2022 diangkat jadi menteri Investasi.

Bahkan ada info, Bahlil dititipkan Jokowi kepada Prabowo untuk tetap berada di kabinet Prabowo Gibran.

Respon segera atas PP itu datang dari ormas Islam terbesar, Nahdatul Ulama (NU).

Ketum PB NU, Yahya Staquf, mengaku NU sudah siap mendapatkan SIWUPK. Kata buya Yahya NU sudah siap mendapatkan SIWUPK. Infrastrukturnya termasuk jejaring perusahan sudah siap.

Lain halnya dengan Muhammadiyah.

Sekjen PP Muhammadiyah Prof  Abdul Mu’ti menyebut akan mempelajari secara seksama kesempatan dari pemerintah itu.

Meski begitu Muhammadiyah mengucapkan terima kasih kepada pemerintah.

Respon dari ormas lain termasuk yang non Islam belum terdengar.

Tapi beberapa kalangan meminta pemerintah membatalkan PP itu atau ormas keagamaan tidak memanfaatkan keberadaan PP itu.

Yang bersikap begitu misalnya Jaringan Masyarakat Tambang (Jatam) dan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ).

Menganggap sikap NU itu,  teman saya Sultan Sahid bilang NU jangan sampai cuma Nurut Udud doang. Harus ingat kemaslahatan bagi kaum nahdliyin,bangsa dan negara.

Ingat pesan rosul, Jika sesuatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya tunggu saja kehancurannya.

Hati hati jebakan Bahlil.- ***

Sumber:

Editor: Eka Purwanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Exit mobile version