Pendek cerita kang Endi menjalani operasi dan berhasil.
Adalah dokter bedah yang mengoperasi kang Endi penasaran dari mana Endi dapat biaya, karena sebelumnya mengeluh kepada dokter belum punya uang. Endipun menceritakan secara jujur uang diberikan sahabatnya. Padahal uang itu untuk biaya ibadah haji tahun itu.
Ketika menjemput kang Endi pulang, dokter itu sempat ketemu dan sempat menanyakan alamat rumah Asep.
Subhanallah, seminggu kemudian dokter itu, bersama isterinya berkunjung ke rumah Asep.
Setelah ngobrol sana sini pak dokter berucap; “Saya dengar pak Asep dan ibu akan berangkat ibadah haji tahun ini. Namun biayanya digunakan operasi pak Endi.”
“Begini pak, tahun depan saya dan istri berniat ibadah haji. Maaf sekali bagaimana, kalau berkenaan, kita berangkat bareng-bareng. Semua biaya biar saya yang tanggung.” ungkap sang dokter
Saya tak dapat membayangkan rona muka suami istri (Asep dan Asih) mendengar ucapan pak dokter. Asih bahkan disebutkan sampai meneteskan air mata. Yang tepat barangkali seperti kata orang sunda suami istri itu serasa “ditonjok congcot”.
Nah supaya dongeng ini cepat selesai, diceritakan, tahun 2006 berangkatlah mereka berempat menunaikan ibadah haji.
Labaik Allahuma labaik.
Inilah kebenaran janji Allah, dibuktikan hampir secara konstan, cash and carry. Innallaaha layukhliful miiaad. (Sesungguhnya Allah tidak akan ingkar janji).
Pesan moral dari peristiwa itu, kepada seluruh mukmin, marilah berfastabiqul khairat (berlomba berbuat kebaikan).
Niscaya Allah membalasnya dengan kebaikan yang tak mustahil berlipat ganda.
Menanam keikhlasan menuai keberkahan.- ***