Belakangan pemerintah Saudi Arabia tak sekadar memahami bahwa air itu berkah Allah. Tapi ilmu  pengetahun dan teknologi sudah digunakan untuk  menyentuh agar berkah itu benar-benar maslahat bagi seluruh ummat,  bil khusus bagi jutaan jemaah haji yang datang setiap tahun.

Dulu air itu ditimba dari kedalaman sumur berbatu.  Pompa air baru digunakan tahun 1953.

Setiap hari, 15 ribu meter kubik air perjam berhasil disedot dan disalurkan ke dalam bak penampungan yang disebut wadi Ibrahim, sebelum kemudian dialirkan ke ratusan kran di seputar masjid al Haram.

Di balik kepercayaan ummat secara metafisika/supranatural, bahwa air zam zam semata anugrah Allah,  pemerintah Arab Saudi mulai berfikir logis dan rasional.

Apalagi tersiar berita bahwa air zam zam itu akan berhenti mengalir lantaran akan terjadi sumbatan bebatuan, Raja Fahd segera memerintahkan melakukan penelitian khusus. Penelitian itu melibatkan Prof. Dr. Adnan Niazi, profesor of geofhisik dari King Fahd University of Petroleum and Mineral Dharan Saudi Arabia. Selain itu, SGS (Saudi Geological  Survey) juga melakukan penelitian khusus tentang sumur itu.

Belakangan juga muncul isu yang disebar seorang profesor dari Mesir yang menyebutkan air zam zam tercemar air dari laut merah melalui resapan di sela bebatuan 30 m di bawah tanah.

Menghadapi isu itu, pemerintah Saudi Arabia menugaskan ahli hidrologie dari Pakistan bernama Tariq Husain dan Moin bin Ahmed.

Tariq meragukan wacana prof. Mesir itu.

Menurutnya tidak mungkin resapan air laut merah itu bisa sampai ke aliran air zam zam yang murni dalam jarak 75 km.

Namun meski hasil penelitian Tariq itu negatif, pemerintah Saudi Arabia tetap bersiaga dari kemungkinan resapan dan pencemaran dari air laut merah itu. Teknologi  modern dari negara barat dan timur dimanfaatkan. Pemerintah juga mengkontrol dengan ketat terhadap maraknya pembangunan gedung-gedung di sekitar masjidil Haram. Mereka mengkhawatirkan kegiatan itu, mengganggu sistim hidrologie terutama saluran air zam zam.

1 2 3



Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News dan KoranMandala WA Channel

Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial

Exit mobile version