Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
INSTING politik saya mengatakan, sejatinya hati Erka alias Ridwan Kamil, kini sedang gundah. Dia sedang menghadapi dua pilihan yang dilematis.
Di satu sisi, menurut kata hati dan realitas elektabilitas, yang terbaik, dia harus pulang kampung ke Bandung. Kembali jadi penguasa tatar sunda. Tanah bekas kekuasaan prabu Siliwangi ketika menguasai kerajaan Pajajaran. Duduk singgasana pusat kekuasaan yang bernama Gedung Sate. Gedung bergaya klasik yang dicipta arsitek Belanda bernama J. Geber 1920-1924.
Elektabilitas kang Emil (panggilan lain RK) menurut hasil beberapa lemsur (lembaga survei) masih paling tinggi.
Lemsur Saiful Muzani Research and Consulting (SMRC) misalnya, mengunggah angka 52,2%. Jauh di atas pesaing beratnya Dedi Mulyadi yang 28,9. Apalagi dengan Dedi Mizwar 3,8 atau Dede Yusuf 1,9.
Jangan sebut lagi yang lain, yang pasti tenggelam di lautan Hindia.
Pokoknya di Jabar mah Emil pang ceupna.
Ternyata dilema itu tak hanya dihadapi Emil seorang diri, tapi juga oleh partainya, Golkar.
Sesungguhnya Golkar sendiri sudah menyadari bahwa peluang menang bagi kader yang satu itu ya kembali ke Jawa Barat. Tapak lacak 5 tahun periode pertamanya memberinya nilai positif.
Tapi pohon beringin sendiri sedang ditelikung puting belitung. Mereka mengahadapi calon penguasa (Prabowo Subianto) yang didukung penguasa lama (Joko Widodo).
Kabarnya PS dengan dukungan JKW sedang merancang agar RK dicalonkan di Jakarta bersama Kaesang Pangarep.