Mantab presiden Jokowi dan keluarga bisa nyaman dan aman tinggal di sana.
Tapi alih-alih demikian, yang terjadi banyak rakyat merasa resah. Terutama para pengamat politik dan para ekonom yang paham apa yang terjadi.
Rocky Gerung pasti ngagerung. Sejumlah ekonom dari Indef (Institute for Development of Economic and Finance), Prof Didin Damanhuri, Bima Yudistrira, Prof Didin J Rachbini dan Dr. Fadil Hasan.
Juga ekonom senior UI Prof Faizal Basri resah belakangan ini. Ini sebenarnya yang mereka rasakan sejak lama.
Tak lain selain masalah pertumbuhan ekonomi yang nancep diangka 5 koma juga masalah utang yang ditinggalkan. Yang harus menjadi konsern pemerintah selanjutnya. Dan yang ujung ujungnya rakyat yang ibarat kata katempuhan buntut maung.
Menurut catatan Prof Faizal Basri, utang negara yang ditinggalkan rezim Jokowi, sampi April 2024 tembus Rp. 8.400 ton (trilyun) lebih. Jokowi pencetak utang terbesar.
Kalau ada pemilihan juara ngutang, pastilah dia dapat piala. Tahun 2014 jumlah utang yang diwariskan presideh SBY, Rp.2.618 trilyun.
Tahun 2019, akhir periode pertama naik hampir 100% menjadi Rp.4.778 ton. Lalu April 2024 tembus Rp.8.400 trilyun.
Tapi Jokowi tetap tenang. Wajah tak merasa berdosanya tampak sempurna.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sering kali berkilah “utang itu masih aman “. Alasan dia baru menyentuh angka 39 % dari PDB (Produk Domestik Bruto). Acuannya seperti diatur UU Keuangan adalah 60%.