Tapi Golkar belum rela. Beringin inginnya Emil kembali ke Bandung. Emil juga maunya seperti itu.
Sementara Gerindra dan Prabowo maunya Dedi Mulyadi yang manggung di tatar Pajajaran.
Jadi dua-duanya ngeri ngeri sedap.
Kalau di Jakarta Emil takut keok sama Anies Baswedan, sedang DM di Jabar, juga takut keok (hampir pasti) sama Emil.
Ini fenomena politik yang menarik. Efek kuasa terjadi di sana.
Sejauh mana Prabowo, lewat kekuasaan sebagai presiden terpilih bisa mlototin Golkar khususon ketum Airlangga Hartarto ?
Soal Kaesang sebenarnya dia itu karbitan. Ibarat buah pisang yang dijejali karbit supaya cepat matang. Sebagai indikasi itu hanya maunya Jokowi, PSI sendiri (partainya Kaesang ) belum pernah membahas apalagi mencalonkannya sebagai balon di Jakarta.
Adalah peneliti senior BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Prof Siti Zuchro, mengkritisi cara main dinasti keluarga Jokowi. Mestinya anak-anaknya jangan main lompat lompatan begitu. Seharusnya, seperti yang dia, (Jokowi) alami, step by step. Mulai dari walikota, terus gubenur, baru setingkat atas (presiden atau wakil).
Kaesang itu nol pengalaman. Jadi kapabilitasnya masih sangat diragukan.
Memimpin itu tak cukup dengan popularitas dan elektabilitas, tapi tak kalah penting juga kapabilitas (kemampuan).