Itu gejala umum, yang dirasakan semua jemaah. Dan keluarga juga sudah penat menunggu.
Garuda itu sudah 42 kali melakukan kesalahan serupa.
Sementara maskapai Saudi Arabia hanya 6 kali. Jadi Garuda juaranya. Jago lemot.
Direktur Utama Garuda, Irfan Saputra, berkilah kejadian itu sebagian besar disebabkan cuaca panas. Landasan pacu meningkat suhunya dan berisiko bagi penerbangan.
“Hal lain yang bersifat teknis, memang ada” aku Irfan.
Nah, yang bahaya ialah jika Kemenag tidak gertak sambel yang aduh lata lata, tapi benar-benar menghentikan jatah angkut jemaah.
Waduh, itu Garuda bisa kelimpungan. Sebabnya mereka akan kehilangan pendapatan (mengacu 2023) Rp. 3,7 trilyun dengan margin keuntungan sekitar Rp. 90 milyar.
Tahun ini Garuda kebagian jatah angkut 110 ribu CJH, karena 221 ribu, berbagi dengan maskapai Saudi Arabia.
Garuda itu baru mau bangkit setelah melakukan restrukturisasi tahun 2022.
Tahun 2020 kehilangan pendapatan sekitar Rp 3,4 trilyun, lantaran ada pembatalan pemberangkatan haji.