Gerobak Bah Otong multi fungsi. Ia digunakan untuk mendukung pekerjaan memulung, menyimpan barang-barang bekas, dan sebagai alat transportasi. Selain itu, gerobak Bah Otong juga berfungsi sebagai ‘hotel berjalan’ alias tempat tidur, tempat shalat serta menyimpan barang-barang dan makanan.
“Sehari memulung, ya lumayan, dapat sekitar 25 ribu sampai 50 ribu rupiah,” katanya.
Di dalam gerobaknya, ada kasur lipat tipis dan baju-baju seadanya. Untuk mandi, Bah Otong pergi ke tempat mandi umum di Kebon Kelapa.
Selepas isya, Bah Otong biasanya keluar makan, beli nasi goreng. Di tempat nasi goreng itulah saya mengenal Bah Otong.
Kisah Bah Otong, anak Punk, manusia silver dan pengamen jalanan adalah potret kemiskinan di negeri ini.
Saya tak habis pikir kenapa negara sekaya ini rakyatnya banyak yang miskin.
Padahal, sumber alam di sini melimpah. Jika dikelola dengan benar, maka saya yakin, sumber sumber potensial itu mampu menghidupi jutaan rakyat negeri ini.
Apakah negara sudah memberikan yang terbaik untuk rakyatnya ? Lagi-lagi saya terdiam tak bisa menjawab.
Ada pasal di dalam UUD 45 yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Seberapa besar manfaat yang didapat rakyat dari bumi, air dan kekayaan alam ? Benar bahwa kekayaan alam itu telah dikuasai Negara, tapi untuk siapa ? Rakyat ? Apakah kebijakan Negara sudah pro rakyat ? Entahlah!