Menurut ahli tafsir KH. Quraish Shihab yang dibaca itu bukan texbook, bukan literlik. Yang dibaca itu masalah. Yang dibaca itu persoalan. Bisa dilakukan dengan penelitian, bisa dengan bertanya dan mendengar. Islam meyakini bahwa membaca dengan mendengar itu pahalanya sama besar.
Lalu diera digital, bukankah banyak orang yang tangannya tak lepas dari alat baca informasi maya itu ? Emang benar. Katanya ada 67,88 % penduduk Indonesia yang berusia di atas 5 tahun pegang gadget. Kalau dikalkulasi mungkin di atas 200 juta.
Tapi penelitian Menkominfo menunjukan lalu lintas bacaan itu kebanyakan tidak berkualitas, bahkan jelek pengaruhnya. Kebanyakan kabar kabar bohong alias hoax atau kabar mentahan yang belum lewat editing. Belum ada hilirisasi industri informasi. Gibran, juga baru mimpi mau kembangkan hilirisasi digital, yang gak ngerti apa itu. Jangan jangan dia sendiri boten ngertos. Asbun saja.
Jadi dalam kondisinya kini, teknologi digital itu manfaatnya kurang bagus untuk Indek Pembangunan Manusia.
Tak hanya di Indonesia tapi sangat mungkin bagi negara negara lain.
Waduh, ini bagaimana kalau wapres kita yang ke 12 (GRR) ini malas membaca atau hanya buka gadget dan koleksi mainan doang ?
Kalau yang ini, benar-benar bahaya ta ! -***