Dan keduanya nyaris bareng masuk ke dalam tubuh Muhammad Athar (Harum, bahasa Arab).
Hidupnya teguh berpegang pada ajaran nenek moyang, muslim yang taat.
Dari aspek ekonomi ia senang mempelajari dan mengkaji masalah ekonomi. Salah satunya masalah koperasi.
Sangat pas jika ia dinisbath sebagai bapak Koperasi.
Pejuang :
Kiprahnya dalam dunia perjuangan dimulai ketika beranjak dewasa. Ia aktif sebagai bendahara Yong Sumatrangen Bond. Tahun 1921 berangkat ke Rotterdam Belanda. Di sana belajar ilmu dagang/ekonomi pada Rotterdam school of Commerce (sekarang Erasmus University).
Di sana Hatta bergabung dengan perhimpunan orang Indonesia di Belanda Indische Vereneging. Dalam organisasi itu ada tiga tokoh jurnalistik dan pejuang. Mereka adalah Suwardi Suryaningrat, Tjipto Mangunkusumo dan Dowwes Dekker.
Mereka dibuang ke sana gara-gara tulisan Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara berjudul Als ik eens Nederlander Was (Andai aku orang Belanda ), dimuat koran de Express miliki Douwes Dekker.
Tulisan itu menyerang rencana pemerintah kolonial memungut uang dari masyarakat pribumi untuk perayaan kemerdekaan negara Belanda.
Ketika pulang ke Indonesia tahun 1927, Hatta bergabung dengan gerakan kemerdekaan bersama para politisi pribumi, termasuk bung Karno. Karena gerakan politik itu bung Hatta ditangkap. Lalu tahun 1935 bersama Sutan Syahrir dibuang ke Boven Digul. Setahun kemudian dipindah ke Bandaneira Maluku selama 6 tahun.