Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
SENIOR saya KH Ahmad Saelan meminta pendapat soal munculnya nama Ilham Habibie dalam bursa pilgub Jawa Barat. Saya jawab, dari aspek otak (kecerdasan/fathonah) saya tidak meragukan.
Dia (Dr. Ing H. Ilham Habibie) itu memenuhi kriteria bibit bebet dan bobot.
Selain mampu menjadikan diri (bobot ) juga mewarisi gen (bibit).
Putra (sulung) BJ Habibie, jaminan mutu. Teng manuk teng, anak merak kukuncungan.
Presiden ke 3 RI itu, selain ngalalab ilmu pesawat, juga piawai utak-atik ekonomi. Salah satunya beliau berhasil menurunkan nilai rupiah dari Rp18.000 menjadi Rp6.500 per dolar, hanya dalam waktu 1 tahun.
Adapun beliau tidak bisa terus memimpin republik ini, yaitu karena politik itu bukan mulu soal otak, tapi yang paling penting kemampuan mengotak ngatik masalah. Dan BJ Habibie, kalah dalam politik ngutak ngatik itu.
Politik juga tak cukup didukung elektabilitas, tapi juga harus dibackup isi tas
Harus ada anpau atau kantong sembako. Harus ada cuan untuk serangan fajar dan sebaganya.
Tapi di masa kekinian (justru yang paling jitu) itu adalah relasi kuasa.
Tengoklah Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep dan Bobby Nasution.