OLEH: WIDI GARIBALDI
Jaraknya, tak begitu jauh dari pantai Selatan pulau Jawa atau Sumatera. Cuma sekitar 350 km. Kira- kira sama jauhnya dengan jarak Bandung-Semarang. Itulah pulau Natal, atau lebih dikenal dengan sebutan
Christmas Island. Kendati jaraknya lebih dari tiga kali lipat dibanding jarak dari pulau Jawa, pulau karang ini
adalah milik Australia. Bukan Indonesia.
Penduduknya yang hanya segelintir terdiri dari orang-orang Melayu yang dibawa Inggeris dari Singapura untuk dipekerjakan di pertambangan fosfat yang banyak ditemukan di pulau itu. Walau begitu, kehidupan di sana tetap merana, tak membawa hasil yang berarti bagi Australia. Pada tahun 80-an, seorang pengusaha properti dari Perth mengusulkan agar di pulau gersang itu dibuka saja kasino, tempat perjudian.
Gagasan ini langsung disambut pemerintah yang tak mau terbebani kewajiban oleh pulau karang itu. Pada tahun yang hampir bersamaan pemerintah Indonesia baru saja menutup 3 kasino, antara lain di sebuah hotel mewah , di daerah Ancol Jakarta. Keberadaan tempat perjudian mewah itu dianggap bertentangan dengan citra masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. “Pucuk dicita, ulam tiba”, begitu kata pepatah.
Keberadaan kasino di Christmas Island disambut hangat oleh sejumlah tokoh Orde Baru yang lagi berkuasa di Indonesia. Apalagi para pengusaha dan penggemar judi yang hidupnya tak pernah jauh dari meja kasino.
Siapa Mr “T” ?
Kalau pada awalnya, keberadaan kasino itu digagas oleh pengusaha properti dari Perth, kabarnya pengelola tempat perjudian itu kemudian diambil alih oleh seorang pengusaha Indonesia yang bernama Mr. “T”. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses dan dekat dengan penguasa.
Jaraknya yang amat dekat dari Jakarta, hanya sekitar 45 menit penerbangan menjadikan kasino Christmas Island menjadi tujuan banyak pengusaha dan penjudi yang selama ini meramaikan kasino di Jakarta.
Dengan menggunakan pesawat carteran, antara lain dari Pertamina, mereka lalu lalang antara Jakarta-Christmas. Banyak di antara mereka berangkat pagi. Berjudi sampai sore atau malam. Kemudian kembali naik pesawat, tiba di Jakarta seperti orang yang sibuk berbisnis di luar kota. Tetapi bagi penjudi yang sudah mabuk kepayang, tersedia hotel-hotel mewah untuk menginap.
Memang, pulau Natal sengaja di design menjadi tempat wisata menarik selain tempat perjudian. Pantai dan ombaknya yang memukau, membuat pulau karang itu senantiasa menjadi Impian, terutama mereka yang sedang memadu kasih . Pulau karang itu menjelma menjadi tempat berlibur sambil berjudi. Mr “T”, yang selalu punya hoki dalam berbisnis, mandi uang, dollar Australia !
Masa keemasan Chrismas Island berakhir, seiring dengan krisis ekonomi 1998 yang melanda. Tak terkecuali negara dari mana Mr “T” mengendalikan bisnisnya, yakni Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda dunia termasuk Indonesia, membuat kasino pulau Natal ditutup. Walau begitu, perjudian tetap mendarah daging bagi masyarakat. Bukan hanya mereka dari lapisan atas tetapi juga masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Kini, Indonesia dikenal sebagai negara terhebat. Nomor satu. Bukan di bidang ekonomi atau tekhnologi. Tapi di bidang perjudian. Judi on line ! Jumlah penjudi on line dari negara ini, terbanyak sejagad !
Sungguh Indonesia benar-benar menjadi negara darurat judi. Bayangkan, tak kurang dari 3,2 juta manusia menjadi budak judi. Judi yang tak kelihatan bandarnya seperti kasino. Judi on line dikendalikan dari luar negeri. Antara lain dari Kamboja. Yang melayani para penjudi ini didatangkan dari tanah air. Dijanjikan akan mendapatlapangan kerja yang menggiurkan. Ternyata diakali untuk dapat menipu bangsa sendiri, mejadi korban judi on line yang sudah ditukangi akan selalu menjadi pecundang.
Apabila dihitung kerugian masyarakat akibat judi on line itu, kita akan menemukan angka yang fantastis, yakni Rp327 triliun, pada tahun yang lalu. Jumlah yang luar biasa karena dapat digunakan sebagai penutup defisit APBN yang terjadi tahun yang lalu.
Sadar akibat yang ditimbulkannya, menjadikan pemerintah tersentak dan buru-buru mengambil langkah penyelamatan. BI memblokir 5364 rekening bank yang ada kaitannya dengan judi on line. Juga 555 e- wallet on line. Itu semua tidak cukup. Ternyata judi on line sudah merusak kehidupan bangsa ini. Hampir 440.000 anak-anak berusia 10-20 tahun terpapar jadi korban. 520.000 orang berusia 21-30 tahun. Sedang yang berusia 30-50 tahun, mencapai lebih dari 1,6 juta kepala. Memang, judi on line sudah meracuni bangsa kita.
Bukan hanya pelajar,mahasiswa, ASN atau pengusaha. Juga anggota TNI atau Polri. Bahkan anggota DPR !
Melihat akibatnya yang sudah demikian parah, pemerintah buru-buru membentuk Satgas di bawah komando Menkopolhukam Marsekal Udara Hadi Tjahjanto. Hingga kini belum kelihatan langkah-langkah nyatadari Satgas ini.Kendatipun di depan Rapat Terbatas dengan Presiden,Kepala Badan Perlindungan Pekerj Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani berani menuding seseorang yang berinisial “T” sebagai dalang judi on line itu, belum nampak sejauh mana political will pemerintah. Benny dimintai keterangan hingga 2 kali oleh Polisi. Penegak hukum memperlihatkan kesan, tak kenal dengan orang yang dituding Benny. Begitu juga dengan Presiden, yang dengan tegas menyatakan takt ahu siapa orang yang berinisial “T” itu.
Karena semua lepas tangan, tak salah juga kalau Kabul Basuki alias Tessy Srimulat mendatangi Bareskrim untuk menjelaskan bahwa walaupun inisialnya sama-sama “T”, dia bukanlah orang yang dimaksud oleh Benny.
Nah, silakan tebak. Siapa Mr “T” itu. Ya, hitung-hitung tebak biji manggis !***