Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
ADA hal yang membuat hil dan orang berpendapat, peluang Ade Sugianto kembali ke singgasana Sukapura Ngadaun ngora belum smooth, belum ngabulungbung. Masih ada rereged.
Pertama ada silang pendapat tentang periodesasi. Ada pendapat, Ade sudah 2 kali (periode) manggung.
Periode Pertama waktu dia melanjutkan sisa masa jabatan Uu Ruzanul Ulum yang dilantik menjadi wakil Gubenur Jawa Barat 2018.
Periode kedua waktu dia terpilih bersama Cecep Nurul Yaqin pada pilkada 2020.
Tapi ada pendapat bahwa ketika meneruskan Uu (2018) masa jabatan (Ade) tidak sampai 2,5 tahun sehingga tidak dapat dihitung satu periode. Jadi menurut pendapat itu, Ade masih bisa ikut pilkada lagi (2024).
Kalau soal itu mah oke lah, kita lihat bagaimana sikap KPU (D) nanti waktu pendaftaran (27-29 Agustus).
Yang lebih substantif katimbang soal Periode, adalah soal kinerja. Banyak anggapan kinerja Ade selama menjabat (sekitar 5 tahun) tidak optimal.
Di bidang infrastruktur, banyak jalan yang hancur.
Menurut BPS, jalan rusak ada 516 km, atau 39,6 % dari seluruh panjang jalan yang 1.313 km.
Kerusakan jalan itu setiap tahun bertambah lebih panjang dari yang diperbaiki. Sehingga kerusakan terus terjadi di sana sini. Rugi bandar namanya itu.
Kepala Dinas PU, Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup, Fuads Abdul Azis mengaku, hampir di semua (38) kecamatan terdapat jalan yang rusak.
Fuads mengaku anggaran perbaikan jalan hanya Rp40 milyar. Sementara untuk perbaikan diperlukan sekitar Rp80 milyar. Fuads mengaku akan mencoba minta bantuan ke pemprov Jabar.
Tingkat kekecewaan sebagian besar masyarakat sudah sampai di ubun-ubun. Beberapa bulan lalu, ratusan masyarakat dari Desa Sinarjaya kecamatan Sukaraja dan Desa Baru Mekar Parung Pontang, menggeruduk kantor Ade di Singaparna. Mereka menuntut jalan butut segera diperbaiki. Tapi Bupati tidak bisa berbuat apa apa. Kantong lagi kempes.
Kerusakan terus bertambah. Ada di Cikatomas, Cidadap, dan berbagai ruas lainnya. Beberapa kepala desa mengancam tidak akan mendukung Ade Sugianto dalam pilkada 2024. Waduh. Tingkat kekecewaan masyarakat makin meluas. Di presidium Tasik Selatan kemarin berseliweran chat Whatsapp.
Ada yang usul untuk mengadakan acara tanam ikan di ruas jalan yang penuh air. Bupati dan wakil diundang hadir.
Usul itu beraroma emosional memang. Dan belum ada kata sepakat. Tapi kandungan kekecewaan sudah sangat terasa adanya. Soal ada yang setuju atau tidak, itu mah biasa. Mungkin juga soal adanya beda pilihan, wajar dan niscaya.
Kinerja buruk Ade juga terjadi di bidang infra struktur kesehatan. Dalam RPJPD, sampai tahun 2025, pemkab Tasik harus membangun 5 buah RSUD tipe C di 5 kecamatan. Singaparna, Karangnunggal, Cikatomas, Ciawi dan Manonjaya.
Yang baru dibangun hanya Singaparna (SMC). Itu pun dibangun jaman bupati Tatang Farhanul Hakim dan dirampungkan bupati Uu Ruzanul Ulum. Jadi belum ada tangan Ade di situ.
Kemudian di lain soal, Ade pun masih kesulitan mencari pasangan. Awalnya disebut-sebut akan bergandeng tangan dengan Asep Sopari al Ayubi, (ketua DPC Gerindra dan ketua DPRD ). Namun ternyata Asep dan Gerindra belakangan resmi mendukung Cecep Nurul Yaqin, mantan wakil bupati yang memilih pisah jalan. Kabarnya pula, Asep akan dipasang menjadi calon wakil mendampingi Cecep. Mereka pun membentuk KTM (Koalisi Tasik Maju), PPP, Gerindra, PAN, Demokrat dan PKS.
Kemudian Ade dikabarkan akan menggandeng KH Atam Rustam (ketua PCNU). Tapi itu impossible bin mustahil, karena Atam tak punya partai. Lalu terakhir dikabarkan sudah pendekatan dengan KH Acep Adang Ruhiat (PKB). Tapi Acep ternyata malah diberi tugas oleh PKB untuk nyalon wagub Jawa Barat. Kemungkinan Acep akan dipasangkan dengan Ilham Habibie yang diusung Nasdem.
Weleh weleh, kasihan deh Ade, masih menghadapi jalan terjal.
Tapi politik itu dinamis. Bisa berubah setiap detik. Hal dan hil kadang susah diprediksi. Apa lagi jika benar, katanya, prediksi itu mainannya orang yang linglung dengan masa depan. Wallahu alam.- ***