Oleh : Eka Purwanto
KEMARIN malam, di sebuah grup Whatsapp, saya menemukan kalimat; “Itulah cara orang Jawa mengkritik sesuatu, halus! Saking halusnya kita tidak tahu”.
Dalam hati, saya menggerutu; “Jangankan ‘gaya Jawa’, dikritik dengan cara ‘Batak’ pun kalau orangnya ndableg ya gak ngaruh juga. Tak akan ada perubahan”.
Sepanjang disampaikan secara halus, tidak vulgar dan konstruktif, kritik itu memang perlu.
Memberikan bad review sekali pun sah-sah saja asalkan diikuti dengan masukan dan solusi yang dapat memperbaiki berbagai aspek. Review jujur dengan hujatan terkadang agak tipis garisnya.
Kalau orang yang dikritik memang ndableg, cuek bebek, kritikan seperti apa pun tak akan mempan.
Di negeri ini, kritik dengan diksi vulgar saja tak bermakna. Apalagi seperti yang disampaikan teman yang berasal dari Jawa.
Kita kenal siapa Rocky Gerung. Sekeras apa Rocky menyampaian kritik ? Ada perubahan ? No way !
Tak ada perubahan yang signifikan. Kafilah tetap saja berlalu meski Rocky menggerung lantang.
Sang kafilah dikritik dengan cara Rocky nyantai saja. Cuek bebek !
Jika protes Rocky yang menggelegar tanpa membuahkan hasil, lantas apa jadinya kalau teman dari Jawa,–dengan cara halus, njlimet alias tak langsung ke inti permasalah– yang mengkritik ?
Akibat terlalu lantang menggerung, beberapa kali Rocky dipanggil Bareskrim Polri.
Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri mencatat jumlah laporan polisi terhadap Rocky Gerung lebih dari 21 laporan.
Direktur Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan laporan polisi itu dilaporkan baik ke Bareskrim dan polda jajaran.
“Laporan polisi terus bertambah. Sampai saat ini ada 21 laporan polisi yg ada di Bareskrim dan Polda jajaran,” kata Djuhandhani setahun silam.
Semua LP ditarik ke Mabes karena obyek perkara dan terlapor yang sama.
Laporan terhadap Rocky, diketahui imbas dari pernyataannya yang dinilai oleh sebagian pihak memuat unsur kebencian berbasis SARA dan menghina terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pemilihan kata dalam memberikan komentar akan suatu hal memang perlu diperhatikan agar sebuah kritik menjadi lebih konstruktif.
Akan lebih baik apabila gaya bahasa yang digunakan memberikan sentilan-sentilan halus dibandingkan menggunakan kata-kata kasar yang tidak mengoreksi sama sekali.
Setiap orang perlu memahami perihal pemilihan dan penggunaan gaya bahasa yang tepat untuk menyampaikan kritikannya dengan baik, sehingga komentar dan kritikan yang diberikan tidak berubah menjadi suatu hinaan.
Jadi, penting bagi kita untuk memiliki batasan dalam memberikan komentar atau kritik akan suatu hal. Baik itu masuk dalam kriteria baik atau buruk, akan lebih bijak bila komentar yang diberikan bersifat membangun dan dapat dijadikan dorongan untuk menjadi lebih baik lagi dalam menciptakan karya di masa mendatang.
Masalahnya, bagaimana kalau yang dikririk ndableg ? Entahlah ! Wassalam.- ***