Oleh : Dedi Asikin
SHANDHIAKALA itu bahasa Sansekerta yang memiliki arti cahaya merah waktu senja. Dalam bahasa sunda disebut layung.
Ada lagu sunda klasik yang sempat trend, “Sariak layung di gunung ” (Cahaya langit senja di balik gunung).
Masih dalam bahasa sunda ada kata sandekala. Itu artinya jurig atau hantu senja.
Dulu emak emak di lembur suka teriak teriak, “Barudak geura ngarampih bisi aya sandekala” (Anak anak segera masuk rumah nanti ada hantu senja).
Dulu tahun 1930, ada sebuah buku karangan sastrawan Sanusi Pane S.
“Shandhiakala ning Majapahit”. Pernah dibuat drama kolosal.
Dengan buku dan reka panggung itu, Pane ingin memberi gambaran jika sebuah kekuasaan/pemerintahan dilakukan dengan sembarangan, ego sektoral, otoritarian, ketidak adilan, konflik dan licik, maka tunggulah kehancuran.
Itulah yang terjadi dengan kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan Jawa Timur.
Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya (1292) sempat berdiri selama 2 abad (1292-1537).
Sempat jaya dan menguasai hampir seluruh Nusantara, sampai Malaka dan Temasek (sekarang Singapur).