Oleh : Dedi Asikin
HAMPIR pasti Anies Baswedan gagal nyagub lagi di Jakarta. Dalam acara penyerahan rekomendasi (B1 KWK) 26 Agustus, tak ada nama Anies disebut.
Padahal sebelumnya sudah santer disebut Anies bakal diusung PDIP bersama Rano Karno. Padahal Anies sudah ketemu Rano Karno dengan pakaian motif tenun warna merah.
Memang masih tergantung pertanyaan, apakah cagub PDIP Jakarta belum diumumkan, atau PDIP tidak akan mencalonkan di Jakarta. Pertanyaan ini buntut dari cagub Jakarta kemarin belum diumumkan Sekjen Hasto Kristianto.
Bekangangan malah muncul wacana, PDIP akan mengusung Pramono Anung dan Rano Karno.
Djarot Syaiful Hidayat menyebut wacana Pramono si Dul itu merupakan aspirasi yang tumbuh di kalangan internal, yang ingin PDIP mengusung kader sendiri.
Jika benar PDIP batal mengusung Anies dan Rano, banyak yang kecewa dan menyesal. Banyak kalangan yang menilai, itu pasangan ideal dan berpotensi menang. Bahkan teman-teman di group diskusi Ngadu Bako sudah menyiapkan nama pasangan itu dengan akronim “Abdul”, Abah dan Dul.
Ada juga yang merasa kasihan sama mantan Capres itu. Dia terkesan di ombang ambing seperi bola pingpong.
Salah satu kesalahan Anies, dia tidak punya kendaraan sendiri. Numpang terus kaye naik angkot, turun bayar. Seharusnya dia kapok ditinggal di jalanan oleh PKS, PKB dan Nasdem.
Padahal dia sudah cukup lama bersentuhan dengan dunia utak atik/ politik. Tahun 2014 dia masuk di tim sukses JKW-JK.
Tahun 2017 nyalon gubernur Jakarta bersama Sandiaga Salahudin Uno , diusung Gerindra dan PKS.
Herannya dia tidak tertarik menjadi kader parpol.
Beda dengan Ridwan Kamil. RK sempat beberapa kali diusung parpol, sebagai tumpangan doang.
Waktu nyalon di pemilihan wali kota Bandung diusung Gerindra. Waktu nyagub Jabar diusung Nasdem dan PPP.
Akhirnya, dia memilih bersimpuh di bawah pohon beringin (Golkar). Sekarang RK tampak lebih keren dengan jaket kuning. Pencalonan juga mulus mulus saja. Sudah resmi jadi calon KIM PLUS di Jakarta.
Bagi Anies sekarang hanya ada dua pilihan, masuk parpol atau kembali ke habitat lama, sebagai akademisi. Atau mandito sekalian.
Sesungguhnya kalau melihat aspek bibit, dia bisa meniru kakeknya Abdurahman Baswedan.
Abdurahman Baswedan itu multi dimensi dan multi fungsi, akademisi, politisi, kiyai dan pebisnis.
Anies harus sadar, sekarang dia bukan hanya milik pribadi dan keluarga. Dia sudah menjadi milik banyak orang. Pendukungnya berjut jut. Sayang kalau dibiarkan bercerai berai.
Pemimpin sekarakter dia, susah dicari sekarang ini.- ***