Oleh : Dedi Asikin
BAGAI rangkaian kereta api, rombongan Ridwan Kamil nyalon di pilgub Jakarta. Ada 12 gerbong. Jika jalan kaki, bisa disebut babaduyan. Itu loh acara tahunan masyarakat baduy seba ke olot (bupati) Lebak Banten. Salah satunya sahabat saya Endang Suwarna, orang Parungponteng yang sempat jadi bupati Lebak.
RK memang sudah disediakan pengawal itu yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Di sana ada 9 partai berkumpul.
Partai yang punya kursi dan yang cuma punya jojodog. Atau anu ngageprok pisan kaya Bank Emok. Ada Gerindra, PAN, Demokrat, Golkar, PBB, Gelora, PSI, Garuda dan Prima.
Belakangan namanya ditambah PLUS. Itu terjadi setelah masuk 3 partai pecundang yang berteriak “aku meluk”. PKB, PKS dan Nasdem.
RK sendiri awalnya males banget nyalon di Jakarta. Selain itu lembur batur, juga musuhnya tangguh.
Dia itu namanya Anies Baswedan petahana yang elektabilitasnya bertahan di atas awan. Menurut hasil survei beberapa lemsur, RK kalah jauh di bawah AB. Bahkan keok sama Ahok.
RK itu maunya nyalon di Jawa Barat. Kalau di lembur kuring mah Insya Allah menang.
Tapi sebagai petugas partai, dia harus taat azas. Ketum Golkar waktu itu Airlangga Hartarto tak bisa berkutik dalam strategi politik utak atik.
Gerindra/Prabowo ingin di Jawa Barat Dedi Mulyadi. Lagi pula di Jakarta tidak ada figur yang mumpuni untuk menaklukan Anies Baswedan.
Itulah sebabnya dengan males malesan, RK berangkat juga ke Betawi.