KoranMandala.com -Pemerintah Indonesia kembali berhasil melakukan evakuasi terhadap 41 warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon yang saat ini sedang dilanda ketegangan. Mereka tiba di Indonesia pada Senin, dalam dua kelompok terpisah yang mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Proses Evakuasi yang Rumit
Evakuasi WNI di lebanon Kelompok pertama tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 07.40 WIB, sementara kelompok kedua tiba sekitar pukul 15.35 WIB.
Proses evakuasi ini melibatkan jalur darat yang cukup panjang dan kompleks dari Beirut, Lebanon, menuju Damaskus, Suriah, lalu dilanjutkan ke Amman, Yordania, sebelum akhirnya mereka diterbangkan ke Jakarta.
Menurut Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri, evakuasi berjalan dengan lancar meskipun menghadapi tantangan logistik.
“Alhamdulillah, semua WNI yang dievakuasi dalam kondisi sehat. Mereka telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan kini bisa kembali ke kampung halaman masing-masing,” ujar Nugraha saat ditemui di bandara.
WNI yang Masih Bertahan di Lebanon
Sejak Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Beirut mengeluarkan status siaga pada tanggal 4 Agustus lalu, total sudah ada 65 WNI yang berhasil dievakuasi dari Lebanon.
Namun, masih ada 116 WNI yang memilih untuk tetap tinggal di Lebanon.
“Kebanyakan dari mereka memilih untuk bertahan karena alasan pribadi,” tambah Nugraha.
Dia juga mengimbau agar WNI yang masih berada di Lebanon tetap menjaga kesehatan dan mengikuti arahan KBRI, termasuk jika diperlukan untuk mengikuti proses evakuasi lebih lanjut.
Serangan Rudal Iran ke Israel: Tanggapan Invasi Lebanon
Peringatan bagi WNI yang Masih di Lebanon
Evakuasi WNI di lebanon yang masih berada di Lebanon sebelum situasi memburuk. “Kami berharap para WNI yang masih di Lebanon bisa segera memutuskan untuk ikut evakuasi demi keselamatan mereka,” tutur Nugraha
Selain itu, ia juga mengingatkan WNI yang berencana melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah yang sedang berkonflik seperti Lebanon, Suriah, Iran, Israel, Palestina, dan Yaman untuk menunda rencana perjalanan mereka.
Ketegangan di Timur Tengah, terutama terkait dengan konflik antara Iran dan Israel, berpotensi memperburuk situasi dan mengganggu penerbangan serta akses darat di wilayah tersebut.
“Kami sarankan agar tetap memantau situasi dan menyiapkan rencana darurat bagi mereka yang sudah memiliki tiket penerbangan ke Timur Tengah.
Beberapa negara di kawasan ini mungkin akan menutup wilayah udaranya jika konflik semakin intens,” pungkas Nugraha***