KoranMandala.com -Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengingatkan para pejabat agar tidak terbuai oleh angka-angka dalam data statistik. Prabowo menilai, data statistik kerap kali tidak mencerminkan kondisi nyata yang dihadapi masyarakat di Indonesia. Dalam pidato perdananya usai pelantikan sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, Minggu 20 Oktober 2024,
Prabowo menegaskan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang belum merasakan manfaat kemerdekaan secara utuh.
“Janganlah kita takut melihat realitas ini. Kita masih melihat saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tanpa makan pagi, dan banyak yang tidak punya pakaian untuk bersekolah,” ujar Prabowo.
Program Makan Bergizi Gratis Bisa Dongkrak Ekonomi Jabar, Daddy Rohanady Ungkap Kuncinya
Pernyataan tersebut menuai berbagai interpretasi, salah satunya yang menyebut bahwa selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah terkesan menyembunyikan permasalahan rakyat dengan angka statistik yang seolah-olah membaik.
Namun, pandangan tersebut dibantah oleh Daddy Rohanady, anggota DPRD Jawa Barat dari Partai Gerindra.
“Saya kira tidak demikian. Spirit yang diinginkan Pak Prabowo adalah agar para pejabat tidak cepat berpuas diri dengan statistik BPS yang ada,” kata Daddy kepada wartawan, Selasa 29 Oktober 2024.
Daddy mencontohkan bahwa meskipun statistik menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mencapai 5 persen, para pejabat seharusnya terus berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut. Menurutnya, tujuan Prabowo adalah agar pemerintah terus berusaha lebih keras dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Itu adalah tekad Pak Prabowo untuk mengejar pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen,” lanjut Daddy.
Lebih lanjut, Daddy mengungkapkan bahwa Prabowo juga menyoroti Nilai Tukar Petani (NTP) yang saat ini berada di angka 107. Menurut Prabowo, nilai tersebut masih jauh dari cukup untuk menjamin kesejahteraan petani.
“Bayangkan saja, petani hanya memperoleh keuntungan 7 persen setelah dua hingga tiga kali panen setahun. Bagaimana mereka bisa menikmati hasil kerja kerasnya?” ujar Daddy.
Menurut Daddy, kondisi ini akan menyebabkan banyak petani yang beralih profesi dan urbanisasi yang meningkat, serta mengancam ketahanan pangan Indonesia.
“Urbanisasi makin tinggi. Anak-anak muda makin enggan jadi petani. Ketahanan pangan Indonesia terancam,” tutup Daddy.