KoranMandala.com -PCNU Garut mengadakan pengajian bertema “Ngaos Sejarah sareng Budaya Islam Tatar Pasundan”. Acara ini menghadirkan Abah Anton Charliyan. Abah Anton dikenal sebagai tokoh budaya, penggiat sejarah, dan aktivis anti-intoleransi. Ia juga sesepuh Pejuang Wali Songo Jawa Barat.
Dalam tausiyahnya, Abah Anton menegaskan pentingnya keselarasan agama dan budaya di Indonesia. Keduanya tidak boleh dibenturkan. Menurutnya, ajaran Islam seperti salat, zakat, dan puasa harus menjadi kebiasaan hingga mendarah daging.
“Ketika agama menjadi budaya, pengamalan Islam akan mencapai puncaknya,” tegas Abah Anton Dalam keterangannya, Sabtu, 21 Desember 2024, malam.
Anton Carliyan Perkut Ikatan Kekeluargaan Antar Paguron Lewat Pasanggiri Silat
Abah Anton juga mengingatkan pentingnya memahami sejarah syiar Islam di Nusantara. Peran ulama pribumi harus dihormati.
Ia menyebut Pangeran Raketan Sancang dari Gunung Nagara sebagai salah satu penyebar Islam pertama di Nusantara.
Pangeran Sancang bahkan berdakwah hingga Tripoli, Afrika Utara, Suriah, dan Afganistan pada abad ke-7 Masehi.
Abah Anton juga menyoroti Kanjeng Sunan Gunung Jati, dzuriyah Rasulullah SAW yang berasal dari Raja Pajajaran.
Namun, ia menegaskan Islam tidak mengajarkan kasta atau keunggulan berdasarkan garis keturunan. Ketakwaan adalah ukuran utamanya.
“Islam hanya mengukur kemuliaan dari ketakwaan, sesuai Surat Al-Hujurat ayat 13,” ujar Abah Anton mengakhiri tausiyahnya.
Acara ini dihadiri Ketua PCNU Garut, Ketua Dewan Masjid, Fatayat NU, serta budayawan wilayah Priangan.
Pengajian berlangsung tertib dan khidmat. Jamaah yang hadir terinspirasi menjalankan Islam dengan nilai budaya lokal.