KoranMandala.com – Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tengah menjadi sorotan dunia. Salah satu bagian terpenting dalam prosesi tersebut adalah pengucapan Oath of Office, sumpah resmi yang wajib diucapkan oleh setiap Presiden sebelum menjalankan tugasnya. Sumpah ini tidak hanya memiliki nilai konstitusional tetapi juga menjadi simbol komitmen Presiden untuk memimpin negara sesuai dengan hukum dan nilai-nilai demokrasi.
Bunyi Oath of Office
Sumpah ini tercantum dalam Pasal II, Bagian 1, Ayat 8 Konstitusi Amerika Serikat dan berbunyi:
“I do solemnly swear (or affirm) that I will faithfully execute the Office of President of the United States, and will to the best of my Ability, preserve, protect and defend the Constitution of the United States.”
Sebagai presiden, Trump telah mengucapkan kata-kata yang mencerminkan tanggung jawab besarnya di hadapan Ketua Mahkamah Agung (Chief Justice of the United States), John G. Roberts,Jr. pada Senin 20 Januari 2025 waktu Amerika Serikat.
Bagaimana Sejarah dan Tradisi Sumpah Jabatan?
Tradisi pengucapan sumpah jabatan dimulai sejak pelantikan Presiden pertama, George Washington, pada tahun 1789. Salah satu tradisi yang sering dilakukan adalah penggunaan Alkitab saat sumpah diucapkan, meskipun hal ini tidak diwajibkan secara hukum. Presiden biasanya memilih Alkitab yang memiliki makna khusus, seperti milik keluarga atau yang digunakan oleh pendahulu mereka.
Trump: Tuhan Menyelamatkan Hidup Saya untuk Menyelamatkan Amerika
Hal-Hal Menarik tentang Oath of Office dalam 50 Tahun Terakhir
1. Sumpah Dua Kali oleh Barack Obama (2009 dan 2013)
Saat pelantikan pertama Barack Obama pada 2009, Ketua Mahkamah Agung John Roberts membuat kesalahan kecil dalam menyusun kata-kata sumpah. Untuk memastikan keabsahan hukum, Obama mengucapkan sumpah sekali lagi keesokan harinya di Ruang Oval Gedung Putih.
2. Gerald Ford: Presiden Tanpa Pemilu (1974)
Gerald Ford adalah satu-satunya Presiden AS yang tidak pernah terpilih melalui pemilu. Ia menggantikan Richard Nixon yang mengundurkan diri akibat skandal Watergate. Sumpah jabatan Ford berlangsung sederhana di Gedung Putih, mencerminkan suasana krisis politik saat itu.
3. Pelantikan Ronald Reagan yang Dingin dan Cerah (1981 dan 1985)
Pelantikan pertama Ronald Reagan pada 1981 dikenang karena cuaca cerah yang seolah melambangkan optimisme baru bagi Amerika Serikat. Namun, pada pelantikan keduanya tahun 1985, suhu mencapai -14°C, mencatat rekor sebagai pelantikan terdingin dalam sejarah. Akibatnya, upacara dipindahkan ke dalam Capitol Rotunda.
4. Joe Biden dan Sejarah Keberagaman (2021)
Pelantikan Joe Biden pada 2021 berlangsung dalam suasana unik. Selain pandemi COVID-19 yang membatasi jumlah peserta, upacara ini juga mencatat sejarah dengan hadirnya Kamala Harris sebagai Wakil Presiden wanita pertama, serta keturunan Asia Selatan dan kulit hitam pertama dalam posisi tersebut. Biden juga menggunakan Alkitab keluarganya yang berusia 127 tahun, menciptakan momen simbolis yang kuat.
5. Tradisi Alkitab yang Beragam
Setiap Presiden sering membawa makna personal dalam pemilihan Alkitab untuk sumpah jabatan:
- Joe Biden menggunakan Alkitab keluarganya yang besar dan tua.
- John F. Kennedy, sebagai Presiden Katolik pertama, menggunakan Alkitab Douay-Rheims.
- Abraham Lincoln’s Bible dipilih oleh beberapa Presiden, termasuk Barack Obama.
6. Virtual Inauguration (2021)
Pelantikan Biden juga menjadi pelantikan pertama dengan format virtual yang masif akibat pandemi. Parade tradisional digantikan oleh acara televisi dan layar raksasa di sekitar National Mall, yang dihiasi dengan ribuan bendera Amerika sebagai simbol persatuan.
Makna Simbolis dan Politik
Pengucapan Oath of Office tidak hanya menandai dimulainya masa jabatan seorang Presiden, tetapi juga menjadi simbol transisi kekuasaan yang damai, sebuah prinsip yang menjadi inti dari demokrasi Amerika Serikat. Setiap momen pelantikan juga mencerminkan kondisi sosial-politik saat itu, seperti krisis, konflik, atau bahkan perayaan keberagaman.