KoranMandala.com -Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk pertama kalinya menjamu Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Gedung Putih pada Kamis (tanggal tidak disebutkan).
Pertemuan ini membahas berbagai isu penting, termasuk keamanan Ukraina, hubungan perdagangan, serta masa depan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Namun, pertemuan tersebut juga mengisyaratkan adanya ketegangan antara kedua negara. Starmer tampak berusaha menghindari perbedaan pendapat dengan Trump yang dikenal keras kepala, meskipun di beberapa kesempatan ia menyampaikan pandangan yang bertentangan dengan presiden AS itu secara halus.
Gas Login! 25 Akun FF Sultan Gratis Hari Ini 28 Februari 2025
Saat konferensi pers, Trump sempat berkelakar mengenai sikap Starmer dalam negosiasi. “Anda sangat hebat dalam diskusi kita. Namun, Anda adalah seorang negosiator yang sangat tangguh. Saya tidak yakin saya suka itu,” ujar Trump.
Ketegangan semakin terasa ketika Trump tiba-tiba memotong Starmer yang tengah menanggapi pertanyaan tentang permintaan AS agar Kanada menjadi negara bagian Amerika. “Sudah cukup. Sudah cukup. Terima kasih,” kata Trump.
Berikut lima hal penting yang dapat diambil dari pertemuan mereka:
1. Trump Menerima Undangan dari Raja Inggris
Sejak awal, ada perhatian terhadap bagaimana Starmer—mantan pengacara hak asasi manusia dari Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah—akan berinteraksi dengan Trump yang berhaluan kanan-tengah. Dalam pertemuan pertama mereka di Ruang Oval, Starmer menawarkan sebuah undangan resmi dari Raja Charles III agar Trump berkunjung ke Inggris.
Trump langsung menerima tawaran tersebut. Biasanya, jarang bagi seorang presiden AS untuk melakukan dua kali kunjungan kenegaraan dengan raja Inggris. Kunjungan terakhir Trump ke Inggris terjadi pada 2019, di bawah pemerintahan mendiang Ratu Elizabeth II.
2. Perbedaan Pendapat dalam Perdagangan AS-Inggris
Trump menegaskan kembali pandangannya bahwa hubungan perdagangan AS-Inggris tidak adil. Namun, Starmer menanggapinya dengan pernyataan diplomatis.
“Hubungan perdagangan kita tidak hanya kuat, tetapi juga adil, seimbang, dan saling menguntungkan,” ujar Starmer.
Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance menyinggung kritiknya terhadap kebebasan berbicara di Inggris. Starmer membela komitmen negaranya terhadap demokrasi dengan menegaskan bahwa kebebasan berbicara telah lama menjadi bagian dari budaya Inggris dan akan tetap dipertahankan.