Kualitas udara di Kota Bandung memburuk akibat adanya polusi. Ternyata, hal ini bisa mengakibatkan gangguan kejiawaan pada anak-anak.
KORANMANDALA.COM – Polusi udara bukan saja terjadi di wilayah Provinsi DKI Jakarta saja. Namun, polusi udara kini sudah merambah di berbagai kota yang ada di Indonesia, termasuk Bandung, Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.
Beberapa waktu lalu, kualitas udara di Kota Bandung sempat memburuk. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung bahkan mengimbau agar masyarakat untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar.
Buruknya kualitas udara di Kota Bandung ini mendadak jadi sorotan masyarakat, lantaran pengguna akun TikTok @andripivadi pernah membagikan video langit di Kota Bandung terlihat tampak kotor.
Video yang kemudian viral itu direkam oleh pengguna akun TikTok dari dalam pesawat yang akan landing di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung.
“Pesawat Super Air Jet UI-551 mendarat di Kota Bandung pukul 13.50 WIB. Tapi hari itu langit Kota Bandung menghitam,” tulis akun TikTok @andripivadi dalam video yang diunggah pada 14 Agustus 2023.
Selama sepekan lebih dalam pengamatan Koran Mandala, sejak video TikTok itu viral, kualitas udara di Kota Bandung tak kunjung membaik.
Tercatat, hingga Minggu 20 Agustus 2023, berdasarkan indeks kualitas udara (AQI) kualitas udara di Kota Bandung sempat berwarna merah alias tidak sehat, karena berada di angka 156. Bahkan pada hari ini, Rabu, 23 Agustus 2023, AQI-nya menyentuh angka 140.
Padahal, kualitas udara yang sehat dan baik untuk dihirup manusia berkisar di antara angka 0-50. Jika angka pengukuran AQI angkanya berara di atas 300, maka masuk dalam kategori kualitas udara yang berbahaya.
Sayangnya, banyak masyarakat yang masih abai dengan kesehatannya terkait kondisi kualitas udara. Padahal faktanya, kualitas udara ini berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Meski pada dasarnya, penelitian ihwal keterkaitan antara kualitas udara dengan kesehatan mental ini masih terbatas.
“Namun berbagai penelitian yang dilakukan itu telah menyimpulkan bahwa ada kesamaan dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan. Sehingga bisa disimpulkan jika polusi udara itu berdampak negatif terhadap kesehatan,” ujar dokter spesialis kejiwaan dan konsultan di RS Melinda 2 Bandung, Teddy Hidayat., dr., SpKJ (K), kepada Koran Mandala, Selasa 22 Agustus 2023.
Pengaruh Pada Kesehatan Mental
Teddy yang juga berpraktik di RS Hasan Sadikin Bandung ini menuturkan, para peneliti yang telah melakukan penelitian tersebut sepakat, jika polusi udara ini juga berpengaruh pada kondisi kesehatan mental.
Dampak pertama yang muncul akibat dampak dari polusi udara ini yaitu kecemasan. Para orang tua yang memiliki anak kecil dengan riwayat sakit pernafasan dan jantung, dipastikan akan lebih khawatir dengan situasi ini.
“Mereka yang keluarganya memiliki riwayat penyakit pernapasan atau sakit jantung pasti akan dibuat khawatir dengan adanya polusi ini. Karena bisa menimbulkan komplikasi yang fatal,” tuturnya.
“Mereka akan cemas dan khawatir, apa lagi pasiennya anaknya sendiri yang mengalami. Maka akan menimbulkan Histeria Massa,” sambung Teddy.
Menurut Teddy, kecemasan yang dialami ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Sebab, jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka kecemasan seseorang bisa berkembang ke arah frustrasi hingga depresi.
Teddy bahkan menyayangkan masih banyak orang yang tidak menganggap serius ihwal gangguan kejiwaan yang mengarah pada depresi ini.
Mirisnya, ada sebagian banyak orang yang menganggap gejala depresi ini sebagai guyonan dengan sebutan ‘kurang iman’. Sehingga gangguan kejiwaan ini tidak ditangani secara profesional.
“Ada beberapa poin barangkali. Pertama tanpa ada polusi udara saja beban kesehatan mental masyarakat ini sudah berat. Kenapa? karena kebanyakan orang dengan gangguan kejiwaan itu belum terdeteksi dan belum mendapatkan perawatan,” ujar Teddy.
Dalam data Riskedes RI tahun 2018, baru sekitar 9 persen kasus depresi yang mendapatkan perawatan secara medis. Tentu saja angka ini melonjak saat pandemi kemarin. Bahkan bisa diasumsikan bertambah hingga saat ini.
“Kenapa depresi ini menjadi penting? karena dalam beberapa tahun ke depan, depresi ini akan menjadi satu di antara penyakit yang menyebabkan beban bagi negara. Di mana saat ini beban yang terbesar adalah penyakit kardiovaskuler,” kata Teddy.
Oleh karenanya, agar bisa dicegah atau ditangani secara dini hingga tidak semakin parah, ada baiknya jika Anda merasan cemas berlebih segera minta pertolongan dengan cara mendatangi profesional dokter atau psikolog.
Sebabkan Bipolar hingga Skizofrenia
Selain kecemasan bahkan depresi, polusi udara ternyata juga memiliki dampak serius bagi ibu hamil dan anak-anak, sekalipun paparannya dialami secara singkat.
Bagi ibu hamil, bayi yang dilahirkannya berisiko mengidap gangguan depresi, skizofrenia, penurunan fungsi berpikir, hingga kemampuan kognitifnya rendah.
“Jika bayi dalam kandungan di mana ibunya terpapar atau anak kecil yang sedang dalam masa perkembangan terpapar, maka otaknya yang akan terganggu. Ini memungkinkan akan berkembang menjadi depresi, skizofrenia, bahkan itu lebih menakutkan dan bahaya daripada ISPA,” kata dia.
Sedangkan jika paparan polusi udara pada anak-anak, dampaknya akan membuat kemampuan kognitifnya menurun, membuat daya ingat anak buruk, sulit berkonsentrasi, hingga gangguan mental.
“Nah, sebenarnya paparan polusi udara singkat dihubungkan dengan peningkatan risiko gangguan gangguan depresi dan skizofrenia dengan kerusakan yang dimulai sejak masa kanak-kanak. Ini yang paling menakutkan,” terang Teddy.
Dampak dari polusi udara terhadap mental ini tidak akan langsung muncul begitu saja. Namun jika sudah termanifestasi, bisa saja ketika anak kecil terpapar polusi udara, dampaknya baru dirasakan saat remaja.
“Itu paparan yang singkatnya. Kalau paparan dalam jangka lama dapat meningkatkan risiko penyakit bipolar dan gangguan kepribadian,” ucapnya.
Lakukan Uji Emisi
Sementara itu, Kepala DLH Kota Bandung, Dudi Prayudi di Balai Kota Bandung, mengatakan berdasarkan Air Quality Monitoring System (AQMS) kualitas udara di Kota Bandung masih dalam kategori sedang.
“Di Kota Bandung sesuai data kami punya dari AQMS itu kondisi kualitas udara di Bandung masuk kategori sedang,” kata Dudi saat dikonfirmasi pada Senin, 21 Agustus 2023.
Ia mengatakan, terdapat lima kategori indeks polusi udara untuk pengukuran. Pertama, kategori baik berkisar di angka 0-50. Sedang di angka 50-100. Tidak sehat di kisaran angka 100-200. Sangat tidak sehat di kisaran angka 200-300, dan kategori berbahaya di atas 300.
“Bandung ini masuk sedang. Perlu solusi, karena sumber polusi itu salah satunya kendaraan bermotor, jadi emisi gas buangnya tidak memenuhi standar sehingga menyumbangan polusi udara,” tuturnya.
Ia menyebut saat ini DLH Kota Bandung tengah berupaya untuk menurunkan angka indeks polusi udara tersebut. Salah satunya dengan melakukan uji emisi pada kendaraan bermotor.
Selain uji emisi pihaknya juga akan melakukan penanaman pohon sebagai media paling besar untuk menyerap polusi udara.(*)