Ilustrasi Hidran – Kota Bandung darurat hidran, padahal jumlah kebakaran terus mengalami peningkatan.
KORANMANDALA.COM – Jumlah peristiwa kebakaran di Kota Bandung, Jawa Barat naik cukup signifikan pada tahun 2023.
Dari data Rekapitulasi Kebakaran dan Bencana di Kota Bandung dari Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Kebakaran dan Penanggulanan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, jumlah peristiwa kebakaran dari Januari 2023 hingga 8 Agustus 2023 mencapai 159 kejadian.
Angka ini lebih besar dibanding peristiwa kebakaran di tahun 2022 dengan jumlah 122 kejadian pada periode yang sama.
Kenaikan jumlah peristiwa kebakaran di Kota Bandung ini, ternyata tak sebanding dengan jumlah hidran yang berfungsi optimal dan layak dijadikan sebagai pemasok air untuk armada pemadam kebakaran.
Dinas Kebakaran dan Penanggulanan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mencatat, saat ini hidran yang berfungsi secara optimal tersisa hanya tiga.
Ketiga hidran tersebut berada di kawasan Jalan Supratman, Cikapayang, dan Pasar Kordon. Mengingat luas wilayah Kota Bandung mencapai 167 kilometer persegi, jumlah hidran yang berfungsi secara optimal itu sangat tidak mencukupi.
“Dari 200 lebih hidran yang pernah ada, tersisa hanya tiga hidran yang masih berfungsi optimal,” ujar Sekretaris Diskar PB kota Bandung Iwan Rusmawan kepada Koran Mandala, Sabtu 5 Agustus 2023.
Pun jika mengacu pada standar peristiwa kebakaran, kata Iwan, jumlah hidran tersebut juga sungguh sangat tidak memadai.
Oleh sebab itu, keberadaan dan keberfungsian hidran cukup krusial untuk menunjang petugas Diskar PB dalam penanganan peristiwa kebakaran di Kota Bandung.
Meski minim hidran yang berfungsi optimal, sejauh ini Diskar PB tetap mampu melakukan penanganan dan penanggulangan secara profesional.
Namun begitu, jumlah kerugian materil yang ditimbulkan tetap meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Sesuai data, jumlah kerugian materil di tahun 2022 mulai Januari hingga Agutus mencapai Rp30.795.300.000. Sementara kerugian di tahun 2023 di periode yang sama mencapai Rp31.780.900.000.
Dengan perbandingan itu, setidaknya kerugian materil yang ditimbulkan di tahun ini meningkat senilai Rp985.600.000 hingga 8 Agustus 2023.
Debit Air Berkurang
Memasuki musim kemarau, Diskar PB juga khawatir pasokan air untuk pemadaman kebakaran juga semakin menyusut. Sebab, debit air dipastikan akan semakin berkurang.
Keberadaan tiga hidran itu juga diklaim tak bisa selalu menjadi rujukan untuk refilisasi armada kebakaran karena faktor jarak
Oleh sebab itu, Iwan ketersediaan sumber air setidaknya ada di setiap kelurahan maupun kecamatan di Kota Bandung.
“Selain Pemkot, pihak swasta seharusnya juga tergerak untuk menyediakan embung-embung untuk penampungan air. Karena kalau sumber airnya sedikit, bisa menghambat pengisian air ke tanki. Belum lagi ngantre,” ucapnya.
Sejauh ini, Diskar PB tak bisa selalu mengandalkan keberadaan tiga hidran yang masih tersisa dan berfungsi secara optimal tersebut.
Iwan menyebut selain berkomunikasi dengan PDAM Tirta Wening untuk memasok kebutuhan air, Diskar PB juga selalu memanfaatkan sumber-sumber air terdekat dari lokasi kejadian.
“Selain hidran, kami juga memanfaatkan sumber air seperti sungai yang ada di dekat lokasi kejadian,” kata dia.
Menambah Titik-Titik Hidran
Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna tak menampik jika saat ini wilayah yang dipimpinnya kekurangan hidran.
Bahkan Ema menegaskan, selain hidran, Kota Bandung juga masih kekurangan air baku. Sehingga kekurangan air baku ini harus meminta suplai dari daerah lain.
Oleh sebab itu, Ema menyebut sudah memita kepada Diskar PB untuk terus berkomunikasi dengan PDAM Tirta Wening dalam rangka menambah titik-titik hidran.
Tujuannya, kata dia, jika ke depan terjadi musibah kebakaran, pihak Diskar Pb bisa lebih efektik dalam melakukan pemadaman api.
“Kalau lokasi dan hydrannya kurang pasti akan menghambat proses pemadaman api,” ujarnya.
Peninggalan Belanda
Di lokasi terpisah, anggota DPRD Kota Bandung Folmer Siswanto Silalahi menyebut sudah berkali-kali pihaknya meminta untuk mengkaji tentang keberadaan hidran ini.
Pasalnya, hidran di Kota Bandung masih merupakan peninggalan kolonial Belanda. Sehingga, usia yang cukup tua membuat ratusan hidran tak lagi berfungsi.
“Padahal, ketersediaan hidran di suatu perkotaan bersifat wajib. Jika hanya sisa tiga yang berfungsi, ini memang harus dikaji. Dan kami, di dewan selalu meminta kajian terbaru terkait hidran ini,” ujarnya.
Folmer menambahkan, hilangnya puluhan hidran dan ratusan hidran yang tidak berfungsi ini juga dikarenakan pemukiman penduduk yang semakin padat.
Hal ini pun berbanding lurus dengan jumlah penduduk Kota Bandung yang terus membengkak. “Jadi ada hidran yang menghilang disamping ratusan yang sudah tak berfungsi. Kemungkinan karena semakin banyak pembangunan pemukiman,” ucap Folmer.
Folmer pun berharap agar Pemkot Bandung segera melakukan revitalisasi hidran dengan sistem dan teknologi yang terbaru.
“Terutama revitalisasi juga sumber air bakunya. Dengan banyaknya musibah kebakaran di Kota Bandung ini, revitalisasi mutlak harus dilakukan. Jika tidak, akan mengancam banyak jiwa masyarakat,” kata dia.
“Kalau respons time petugas pemadam lama, kan, kebakaran akan cepat menyebar luas. Dan kerugian bisa semakin besar. Tak menutup juga kemungkinan korban jiwa,” sambungnya.
Politisi PDIP itu juga menyayangkan sikap Pemkot Bandung, yang terlalu acuh dan tidak menjadikan prioritas terhadap sistem proteksi kebakaran.
“Kalau kajian yang kami minta 2017 lalu dikerjakan, mungkin saat ini sudah ada penyiapan anggarannya (untuk revitalisasi),” kata dia.(*)