Puncak ketegangan terjadi tahun lalu ketika beredar kabar bahwa Sara Duterte menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Marcos jika sesuatu terjadi padanya. Sejak saat itu, perpecahan antara kedua keluarga semakin nyata.
Strategi Marcos untuk melemahkan lawan politiknya mulai berjalan. Kongres Filipina, yang kini dikuasai oleh pendukung Marcos, mengajukan petisi pemakzulan terhadap Sara Duterte.
Jika disetujui, ia tidak akan bisa mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028, menghancurkan ambisi politik keluarga Duterte.
Dampak Politik dan Internasional
Dengan ditangkapnya Duterte, Marcos semakin menunjukkan dominasinya dalam politik Filipina. Namun, langkah ini bukan tanpa risiko.
Duterte masih memiliki banyak pendukung, terutama di daerah-daerah yang menjadi basis kekuatannya. Jika protes besar-besaran terjadi, situasi politik Filipina bisa semakin memanas.
Penangkapan ini juga menarik perhatian internasional. ICC, yang selama ini kesulitan menindak pemimpin negara atas kejahatan kemanusiaan, melihat ini sebagai kemenangan besar.
Namun, China menilai kasus ini telah dipolitisasi untuk kepentingan domestik Filipina.
Presiden Marcos menyatakan bahwa Filipina hanya menjalankan kewajibannya sebagai anggota Interpol. Namun, banyak warga mempertanyakan keputusan ini, mengingat Filipina telah keluar dari ICC sejak 2019, sehingga dasar hukum penangkapan Duterte masih menjadi perdebatan.
Pemilu jangka menengah pada Mei mendatang akan menjadi ujian bagi dua klan politik ini. Apakah Marcos berhasil menyingkirkan saingan terbesarnya? Ataukah keluarga Duterte akan bangkit kembali? Yang jelas, perebutan kekuasaan di Filipina masih jauh dari kata selesai.(Sindi Pebrianti/MG)