Koran Mandala -Haul dan Halaqah KH. Abdul Wahid Hasyim bukan hanya peringatan tahunan, melainkan ikhtiar membangkitkan kembali warisan pemikiran tokoh besar bangsa yang selama ini nyaris terlupakan. Dalam acara yang digelar di Gedung Negara Sumedang, Sabtu 19 April 2025, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU Jawa Barat mengusung tema “Mata Rantai yang Hilang” sebagai simbol pentingnya menggali jejak intelektual dan keteladanan KH. Abdul Wahid Hasyim.
Acara ini menjadi ruang refleksi untuk memahami kembali peran KH. Wahid Hasyim sebagai pemikir Islam modern yang turut merumuskan dasar-dasar negara. Tak hanya dikenal sebagai anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan, beliau juga dikenal sebagai pembaharu pendidikan pesantren.
“KH. Wahid Hasyim adalah tokoh visioner yang mampu menjembatani nilai-nilai keislaman dengan kebangsaan. Warisannya perlu kita hidupkan kembali agar relevan menjawab tantangan masa kini,” ujar Ketua Panitia, Aip S. Mubarok.
Polri dan PWNU Jabar Bersatu Demi Kondusifitas Pasca Pemilu 2024
Bupati Sumedang, H. Dony Ahmad Munir, dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan tersebut. Ia menegaskan, Haul ini bukan sekadar nostalgia sejarah, melainkan momen untuk mendokumentasikan sekaligus melanjutkan gagasan-gagasan besar KH. Wahid Hasyim.
“Semangat modernisasi, toleransi, dan keterbukaan yang ia wariskan harus terus menjadi inspirasi dalam merawat keutuhan bangsa,” ujarnya.
Haul juga dirangkaikan dengan halaqah pemikiran yang menghadirkan sejumlah narasumber, seperti sejarawan Ibnu Yahya, tokoh muda Erwin, dan Prof. Dr. Bambang dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mereka mengelaborasi relevansi pemikiran KH. Wahid Hasyim dalam menghadapi tantangan keumatan dan kebangsaan dewasa ini.
Momentum ini semakin bermakna karena dilaksanakan tepat pada hari wafatnya KH. Wahid Hasyim, 19 April 1953, di mana Sumedang menjadi salah satu wilayah yang beliau lewati dalam perjalanan terakhirnya menuju Bandung.
Acara dihadiri jajaran pengurus PWNU Jawa Barat, tokoh ormas Islam, akademisi, serta para pecinta sejarah dan santri yang ingin menggali kembali sosok pendiri bangsa yang tak lekang oleh waktu.