Koran Mandala -Meski banyak yang memperingati Hari Bumi, tapi banyak juga yang melupakannya atau bahkan tidak tahu. Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April, lahir dari keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan yang kian nyata pada akhir 1960-an.
Gagasan ini pertama kali digagas oleh Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson, yang terinspirasi oleh gerakan mahasiswa dan kesadaran publik terhadap polusi udara dan air yang merusak kesehatan manusia serta ekosistem.
Menteri Siti Nurbaya Bertekad Memperkuat Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peringatan pertama Hari Bumi pada tahun 1970 melibatkan jutaan orang yang turun ke jalan di berbagai kota di Amerika Serikat. Momentum ini menjadi titik balik, mendorong lahirnya kebijakan lingkungan besar seperti pendirian Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dan pengesahan undang-undang penting tentang udara bersih, air bersih, serta perlindungan spesies langka. Sejak itu, Hari Bumi berkembang menjadi gerakan global, dirayakan di lebih dari 190 negara sebagai simbol komitmen bersama untuk menjaga bumi.
Namun, meski kesadaran semakin luas, tantangan dalam menyelamatkan bumi justru kian kompleks. Perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi plastik, degradasi tanah, dan deforestasi masih menjadi ancaman nyata. Krisis lingkungan ini diperparah oleh pertumbuhan populasi, konsumerisme berlebihan, dan lemahnya komitmen politik global terhadap aksi iklim yang nyata dan berkelanjutan.
Hari Bumi seharusnya bukan hanya menjadi seremoni tahunan. Ini adalah momentum untuk memperkuat komitmen kolektif: mengurangi jejak karbon, melindungi hutan dan lautan, mengembangkan energi terbarukan, serta mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Kita juga harus mendorong pemerintah dan korporasi untuk mengambil langkah berani, bukan sekadar janji tanpa realisasi.
Menyelamatkan bumi adalah tugas bersama yang tidak bisa lagi ditunda. Sebab, generasi mendatang bergantung pada keputusan-keputusan berani yang kita buat hari ini. Seperti kata pepatah bijak, “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak cucu kita.”
Hari Bumi adalah panggilan hati. Mari kita dengarkan dan bertindak nyata, sebelum semuanya terlambat.